PEMBAHASAN
- A. PengertianBahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Sesungguhnya dalam ungkapan 
bahasa Indonesia yang baik dan benar terkandung dua pengertian yang 
berkaitan satu sama lain. Pengertian pertama berkaitan dengan ungkapan 
“bahasa Indonesia yang baik”. Sebutan baik atau tepat di sini berkaitan 
dengan soal keserasian atau kesesuaian yaitu serasi atau sesuai dengan 
situasi pemakai. Pengertian kedua berkaitan dengan istilah “bahasa 
Indonesia yang benar”. Sebutan benar atau betul di sini berhubungan 
dengan soal keserasian dengan kaidah. Penggunaan bahasa Indonesia yang 
benar adalah penggunaan bahasa indonesia yang menaati kaidah tata 
bahasa. Sedang maksud kaidah di sini adalah kaidah bahasa Indonesia baku
 atau yang dianggap baku. Maksudnya adalah bahasa yang telah 
distandardisasikan berdasarkan hukum berupa keputusan pejabat pemerintah
 atau sudah diterima berdasarkan kesepakatan umum yang wujudnya ada pada
 praktik pelajaran bahasa pada khayalak.
Berbahasa Indonesia dengan baik 
dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan 
pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, 
yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi
 prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan 
bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku 
antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, 
integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari 
sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa 
yang digunakan menjadi tidak baik.Penggunaan bahasa yang benar adalah 
penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah – kaidah bahasa yang berlaku meliputi:
1. Tata bunyi (fonologidibagi atas dua bagian)
- Fonetik adalah ilmu yang 
menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur,
 serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan 
alat ucap manusia
- Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Kalau dalam fonetik kita 
mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat ucap 
serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik 
kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi 
yang dapat mempunyi fungsi untuk membedakan arti.
2. Tata bahasa (kalimat)
Masalah definisi atau batasan 
kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu banyak definisi 
kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting 
untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan 
dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal). Selain 
itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang 
dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki 
wawasan bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan 
kalimat-kalimat yang gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun 
tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-kalimat yang dihasilkan orang 
lain apakah gramatikal atau tidak.
Suatu pernyataan merupakan 
kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat dan subjek. Jika 
dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan 
tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah 
pengertian kalimat dilihat dari segi kalengkapan gramatikal kalimat 
ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak 
terikat pada unsure lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan 
pemakaian bahasa sehari-hari terutama ragam lisan terdapat tuturan yang 
hanya terdiri dari atas unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, 
atau keterangan saja.
3. Kosakata
Dalam menggunakan bahasa 
Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk memilih dan 
menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan 
antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun 
lisan.Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara 
(jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). 
Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. 
Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah 
tata bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap 
penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. 
Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan 
merupakan warisan melainkan diperoleh melalui proses belajar, baik 
melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya 
menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya.
Jika terdapat jarak antara 
penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau penulis dengan pembaca 
(jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal 
bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin 
resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. 
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula 
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
4. Ejaan
Dalam bahasa tulis kita menemukan
 adanya bermacam-macam tanda (tanda baca) yang digunakan untuk 
membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala 
macam tanda tersebut untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian 
akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain.
Ejaan suatu bahasa tidak saja 
berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta 
bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga 
meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana
 menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata
 dengan kata. Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita harus
 memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak
 memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali itu, 
penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus 
diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat.Dari uraian diatas 
dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan 
lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara 
lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa 
disebut ejaan.
5. Makna
Pemakaian bahasa yang benar 
bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan 
makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata yang 
bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa
 ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang 
sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.Kriteria pemakaian bahasa yang baik 
adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang sesuai dengan kebutuhan 
komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang dibicarakan, 
tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang
 yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, 
bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan
 logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.
- B. Ragam Bahasa
Berdasarkan media yang digunakan 
untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam 
bahasa lisan yaitu bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap 
(organ of speec) dengan fonem sebagai unsur dasar, dan ragam bahasa 
tulis yaitu bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan 
huruf sebagai unsur dasarnya. Berdasarkan pokok persoalan yang 
dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan atas bidang-bidang ilmu 
pengetahuan dan teknologi, misalnya, ragam bahasa ilmu, ragam bahasa 
hukum, ragam bahasa niaga, dan ragam bahasa sastra.
Dilihat dari segi penuturnya, ragam bahasa dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Ragam Daerah/ Dialek
1. Ragam Daerah/ Dialek
Sebagaimana kita ketahui, bahasa 
Indonesia tersebar luas keseluruh Nusantara. Luasnya wilayah pemakaian 
bahasa Indonesia itu menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa 
Indonesia yang dipakai di suatu daerah berbeda dari bahasa Indonesia 
yang dipakai di daerah lain. Misalnya, bahasa Indonesia yang dipakai 
oleh orang yang tinggal di Denpasar berbeda dari bahasa Indonesia yang 
dipakai di Jakarta.
2. Ragam Bahasa Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa
 Indonesia juga mewarnai pemakaian bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia 
yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan tampak jelas 
perbedaannya dengan bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok 
penutur yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang 
berasal dari bahasa asing, misalnya, pidio, pilem, komplek, pajar, dan 
pitamin.
3. Ragam Bahasa Resmi dan Ragam Bahasa tak Resmi
Ragam bahasa dipengaruhi pula 
oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis
 terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab,
 dingin, dan santai. Demikian juga sebaliknya, kedudukan kawan bicara 
atau pembaca terhadap penutur atau penulis mempengaruhi sikap tersebut. 
Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas 
ketika melapor kepada atasannya atau pimpinannya, atau bahasa perintah 
atasan kepada bawahan.
- C. Kesalahan Umum Penggunaan Bahasa Indonesia
Pembentukan kata, kelompok kata, 
dan kalimat bahasa baku selalu mengikuti kaidah tata bahasa dari bahasa 
yang bersangkutan. Jadi, bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia 
yang mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia.Pemilihan kata dalam rangka 
penyusunan kalimat baku dilakukan secara cermat agar informasi yang 
hendak disampaikan dapat diterima secara baik oleh pembaca atau mantra 
bicara.
Karangan ilmiah, laporan kerja, 
surat lamran atau sejenis komunikasi lain, seluruhnya harus menggunakan 
kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan tulisan itu dapat 
diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa 
Indonesia yang telah dibakukan. Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal,
 salah pengertian, maupun salah tindakan. Untuk membuat atau menyusun 
kalimat dengan baik dan benar tidaklah mudah. Dari sejumlah penelitian 
yang telah dilakukan, ditemukan berbagai kesalahan umum yang biasa 
dilakukan oleh para pemakai bahasa Indonesia dalam penyusunan kalimat 
dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan-kesalahan itu 
menurut Widjono (2005:153) dapat dirinci sebagai berikut:
1. Keracunan Berbahasa
Kesukaran itu antara lain 
disebabkan oleh pemakaian susunan kalimat yang tidak teratur dan 
penyampaian pikiran atau gagasan yang tidak teratur pula. Perhatikan 
kutipan berikut.Di sekolah putra dan putri bangsa dididik. Mereka agar 
memiliki pengetahuan dan keterampilan. Mereka agar berbudi luhur. Mereka
 agar sehat jasmani dan rohaninya.
Kutipan itu menggunakan sebuah 
kalimat yang dipenggal menjadi empat bagian kalimat. Bagian pertama 
merupakan sebuah kalimat. Bagian kedua, ketiga, dan keempat 
masing-masing merupakan suku kalimat, bukan merupakan sebuah kalimat.
2. Kesejajaran Dalam Kalimat
Ketertiban bahasa yang digunakan 
seseorang, misalnya dalam suatu karangan terlihat dalam kepaduan susunan
 kalimat yang digunakannya.
Unsur-unsur kalimat yang 
digunakannya saling berhubungan secara padu dan dapat mengungkapkan 
pikiran atau gagasan yang padu pula. Kepaduan susunan kalimat dapat 
tercipta apabila kalimat disusun antara lain berdasarkan asas 
kesejajaran bentuk bahasa.Kesejajaran dalam kalimat berkaitan dengan 
kesejajaran beberapa bentuk bahasa yang biasanya dihubungkan dengan kata
 penghubung seperti dan, atau, bahwa, karena, dan yang dalam sebuah 
kalimat.
3. Kesalahan Struktur Kalimat
Bentuk-bentuk yang strukturnya 
sudah benar merupakan kalimat baku, sedangkan bentuk-bentuk yang 
strukturnya masih salah merupakan kalimat tidak baku. Kesalahan struktur
 kalimat yang sering terjadi antara lain:
v Kesalahan Diksiini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan pemakaian kata.
a) Pemakaian Kata Tidak Tepat
Ada beberapa kata yang digunakan 
secara tidak tepat. Kata dari atau daripada sering digunakan secara 
tidak tepat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut;
Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperluas Bidang Usaha.”
Kalimat diatas itu seharusnya tanpa kata daripada karena kata daripada digunakan untuk membandingkan dua hal.
Misalnya, tulisan itu lebih baik daripada tulisan saya.
b) Pemakaian Kata Berpasangan
Ada sejumlah kata yang 
pemakaiannya berpasangan (disebut juga konjungsi korelatifa), seperti, 
baik … maupun …, bukan … melainkan …, tidak … tetapi …, antara … dan …. 
Di dalam contoh-contoh berikut dikemukakan pemakaian kata berpasangan 
tidak tepat.
kata berpasangan tidak tepat
Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
perbaikanBaik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
c) Pemakaian Dua Kata
Didalam kenyataan terdapat 
pemakaian dua kata yang makna dan fungsi kurang lebih sama. Kata-kata 
yang sering dipakai secara serentak itu, bahkan pada posisi yang sama, 
antara lain ialah adalah merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti 
misalnya, atau daftar nama-nama.
Pemakaian dua kata yang tidak benar.
Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua.
PerbaikanPeningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah tugas kita bersama.
d) Kesalahan Ejaan
Di dalam kenyataan pemakaian 
bahasa masih banyak kesalahan bahasa yang disebabkan oleh kesalahan 
penerapan ejaan, terutama tanda baca. Penyebabnya antara lain, ialah 
adanya perbedaan konsepsi pengertian tanda baca di dalam ejaan 
sebelumnya dengan ejaan yang berlaku sekarang. Di dalam ejaan sebelumnya
 tanda baca diartikan sebagai tanda bagaimana seharusnya membaca 
tulisan. Misalnya, tanda koma merupakan tempat perhentian ssebentar 
(jeda) dan tanda tanya menandakan inotasi naik. Hal seperti itu sekarang
 tidak seluruhnya dapat dipertahankan. Misalnya, antara subjek predikat 
terdapat jeda dalam membaca, tetapi tidak dipakai tanda koma jika bukan 
yang mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Berikut dikemukakan beberapa kesalahan bahasa yang disebabkan oleh kesalahan pemakaian tanda baca, khususnya tanda baca koma.
- a. Tanda Koma di antara Subjek dan Predikat
Ada kecenderungan penulis 
menggunakan tanda koma di antara subjek dan predikat kalimat jika nomina
 subjek mempunyai keterangan yang panjang. Pemakaian tanda koma itu 
tidak benar karena subjek tidak dipisahkan oleh tanda koma dari predikat
 kecuali pasangan tanda koma yang mengapit keterangan tambahan atau 
aposisi.
Contoh :
Mahasiswa yang akan mengikuti ujian negara, diharap mendaftarkan diri di sekretariat.
Tanah bekas hak guna usaha yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, akan ditetapkan kemudian pengaturannya.
b. Tanda Koma di antara Keterangan dan Subjek
Selain subjek, keterangan kalimat
 yang panjang dan yang menempati posisi awal juga sering dipisahkan oleh
 tanda koma dari subjek kalimat. Padahal, meskipun panjang, keterangan 
itu bukan anak kalimat. Oleh karena itu pemakaian tanda koma seperti itu
 juga tidak benar, seperti terlihat dalam contoh berikut;
ü  Dalam suatu pernyataan singkat di kantornya, pengusaha itu membantah bekerjasama dengan penyelundup.
ü  Untuk keperluan belanja sehari-hari, mereka masih bergantung pada orang tuanya.
KESIMPULAN
Dalam urainan diatas dapat 
disimpulkan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa 
Indonesia yang dalam penggunaannya sesuai dengan kaidah tata bahasa. 
Kaidah bahasa yaitu kaidah bahasa Indonesia baku atau yang dianggap 
baku. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia dianjurkan 
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam situasi resmi 
maupun kehidupan sehari-hari. Namun masih minimnya pengetahuan tentang 
bagaiman bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga masih banyak 
yang tidak menggunakan nya secara tidak tepat.
Berdasarkan data-data dan fakta 
dilapangan menunjukkan masih banyak orang-orang tidak memahami pemakain 
bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang 
benar. Jadi dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari 
kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi 
sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga 
negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang 
baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari 
bagaimana kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah 
dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan urain singkat diatas dapat 
memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya 
membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami 
ini yang berjudul ”Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar”.
 
1 komentar:
terima kasih,artikel yang bagus,sukses selalu.
Posting Komentar