z

Sabtu, 11 Juni 2016

Paragraf Ekspositoris

Pengertian dan Contoh Paragraf Ekspositoris

Pengertian dan Contoh Paragraf Ekspositoris - Paragraf ekspositoris adalah paragraf yang isinya memaparkan, menerangkan, menjelaskan suatu topik yang berupa informasi dengan urut, jelas dan detail dan bertujuan untuk memberikan informasi sejelas – jelasnya kepada para pembacanya.

 

Ciri – Ciri Paragraf Ekspositoris


1. Paragraf ini berusaha untuk menjelaskan suatu pokok persoalan atau memberikan suatu informasi.
2. Paragraf ini hanya memaparkan persoalan – persoalan tersebut tanpa mengajak, atau mempengaruhi pembacanya, sehingga keputusan akhir dikembalikan kepada pembacanya.
3. Paragraf ini menggunakan data berupa contoh atau grafik, serta berbagai bentuk fakta dan contoh lainnya yang dipakai sebagai alat kontrasasi yaitu rumusan – rumusan permasalahan yang kemudian dijabarkan agar lebih konkret.

 

Contoh – Contoh Paragraf Ekspositoris


Dalam menulis paragraf ekspositoris, ada beberapa macam pola pengembangan paragrafnya, diantarany adalah, pola sebab – akibat, ilustrasi, dan proses. Berikut ini adalah contoh – contoh paragraf ekspositoris.

Pola Sebab – Akibat

Pola ini mengembangkan paragraf ekspositoris dengan menjadikan suatu hal yang menjadi sebab sebagai gagasan utamanya, kemudian diperinci dengan akibat sebagai penjelasnya. Namun, pola ini bisa terbalik di mana akibat sebagai gagasan utama dan sebab sebagai gagasan penjeas.

Contoh:

Menaruh hand phone di tempat tidur sangatlah berbahaya. Banyak dampak – dampak buruk yang dapat ditimbulkan karena Hand phone akan mengeluarkan sinar radiasi yang akan mengenai otak kita. Sinar radiasi ini akan mengakibatkan kanker pada otak karena sinar tersebut akan memacu pertumbuhan sel – sel kanker di otak. Selain mengenai otak, radiasi tersebut bisa mengenai bagian lain seperti tubuh, perut, dan pinggul. Sama halnya dengan yang terjadi pada otak, sinar radiasi akan memacu sel – sel kanker untuk tumbuh. Jika mengenai bagian tubuh, maka akan mengakibatkan kanker paru – paru, dan jantung. Jika yang terkena bagian perut, maka ada kemungkinan timbul kanker hati. Jika yang terkena bagian panggul, akan mengakibatkan kanker prostat, dan lain – lain. Tak hanya membahayakan kesehatan, menaruh hand phone di tempat tidur juga bisa menimbulkan cedera pada tubuh karena bagian kerasnya bisa membentur tubuh kita saat kita tertidur. Demikianlah dampak – dampak buruk yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan buruk ini.

Advertisement
Pola Proses

Pola ini mengembangkan paragraf ekspositoris dengan memaparkan gagasan – gagasan penjelasnya sebagai sebuah proses tentang terjadinya atau membuat sesuatu.

Contoh:

Energi yang kita gunakan sehari – hari merupakan suatu hasil dari prosese metabolisme yang ada di dalam tubuh. Energi ini dibentuk dari makanan – makanan yang kita makan sehari – hari. Makanan – makanan yang kita makan tersebut akan diproses pertama kali di bagian mulut. Di bagian ini makanan dihaluskan dengan bantuan gigi dan lidah. Setelah dikunyah di dalam mulut, makanan akan masuk ke dalam kerongkongan dan dibawa ke dalam lambung. Di dalam lambung ini makanan yang setengah halus tadi dipecah kembali. Proses yang terjadi di dalam lambung ini disebut dengan proses kimiawi dan mekanik karena makanan akan dicerna dengan diremas – remas oleh dinding lambung dan dengan bantuan enzim – enzim yang ada seperti tripsin, ameolin, lipasin. Enzim – enzim inilah yang akan memproses zat – zat yang ada di dalam makanan tersebut, seperti protein, lemak, karbohidrta. Setelah itu, makanan tersebut akan di bawa ke usus halus untuk diserap kembali zat – zat makanan lainnya. Setelah semua zat – zat makanan terserap, sisa makanan yang telah diproses itu akan dibawa ke usus besar untuk proses pembusukan. Zat – zat makanan yang telah terserap tadilah yang menjadi sumber energi bagi kita.

Pola Klasifikasi

Pola ini mengembangkan paragraf dengan cara mengelompokan suatu hal atau topik ke dalam beberapa kelompok berdasarkan ciri – ciri tertentu.

Contoh:

Zaman prasejarah dibagi menajadi tiga masa waktu. Masa yang pertama adalah masa purba. Manusia pada zaman ini hidup dengan berpindah – pindah tempat atau disebut dengan nomaden. Mereka mencari makan dengan berburu dari suatu tempat ke tempat lainnya. Masa waktu yang kedua adalah zaman batu. Pada zaman ini manusia sudah mulai menetap. Mereka mulai tinggal di dalam gua – gua. Zaman ini disebut sebagai zaman batu karena mereka sudah mulai memanfaatkan batu sebagai alat berburu, dan keperluan rumah tangga lainnya. Setelah beberapa waktu berlalau, zaman batu digantikan dengan periode masa selanjutnya, yaitu zaman logam. Pada masa ini manusia sudah sedkit lebih modern dengan memanfaatkan logam – logam untuk keperluan mereka sehari – hari. Ini bisa dibuktikan dengan penemuan Nekara, sebuah alat keagamaan yang terbuat dari logam dari zaman ini. Jadi, sebelum zaman modern mulai, manusia sudah hidup di dalam tiga periode waktu, yaitu zaman purba, batu, dan logam.
 
smuber: http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-dan-contoh-paragraf-ekspositoris.html

Mendeklamasikan Puisi

Holaaa, balik lagi nih, setelah udah lama ga update kali ini gue akan ngebahas tentang cara mendeklamasikan puisi yang baik itu gimana, nah langsung saja berikut ini adalah teknik dasar yang dapat kamu coba buat berlatih mendeklamasikan puisi

1- Kenali dulu gaya atau jenis puisi tersebut. kamu harus membawa puisi tersebut sesuai dengan jenis puisi tersebut, jangan menyimpang dari isi puisi tersebut . misalnya puisi yang religius dibawakan dengan suasana syahdu, puisi perjuangan dibawakan dengan semangat.

2- Hayati dan pahami isi puisi tersebut. menghayati puisi dengan interpretasi kamu sendiri akan membuat puisi tersebut lebih menyatu dengan kamu, jadi bisa lebih menjiwai dalam membawakannnya.

3- Baca puisi tersebut secara berulang-ulang. karena dengan membaca berulang-ulang kamu akan lebih menjiwai dan paham isi puisi tersebut. namun selama menghayati dengan membaca berulang-ulang jangan sampai terpengaruh oleh suasana sekeliling. dengan begitu kamu akan menyatu dengan seluruh bait puisi dengan keseluruhan makna didalamnya secara penuh.

4-Lakukan secara berulang ulang, dan perhatikan cara pembawaan kamu seperti intonasi, mimik yang perlu dalam mendeklamasikan puisi.

Dalam mendeklamasikan puisi, pembaca bukan hanya mengucapkan kata-kata, namun ia bertugas untuk mengomunikasikan ekspresi perasaan penyair, jadi pembaca harus benar benar dapat menjiwai isi puisi tersebut.

semoga bermanfaat

sumber: http://hafaskal.blogspot.co.id/2012/11/cara-mendeklamasikan-puisi-dengan-baik.html

Nilai – Nilai Kepahlawanan yang termuat dalam Puisi dan Cerpen

Kepahlawanan seorang dapat dituangkan dalam suatu cerita maupun puisi. Kepahlawan yang dilakukan oleh orang lain, tidak harus berhubungan dengan berjuang untuk memerdekakan suatu bangsa dari penjajah. Namun, kepahlawanan dapat juga dilakukan atau dituangkan dalam wujud puisi atau cerita. Mengapa dituangkan dalam wujud puisi atau cerita?
Karena nilai – nilai kepahlawanan tersebut akan nampak dalam bait – bait yang indah. Bukan hanya dalam bait yang indah, melainkan juga dalam bentuk cerita. Cerita yang dapat dibagikan untuk setiap individu yang membaca maupun mendengarnya.nilai – nilai yang dipelajari akan dapat membentuk karakter seorang individu. Karakter tersebut akan menjadikannya sebagai pribadi yang matang dan baik.
Artikel ini akan membahas tentang nilai – nilai yang terkandung dalam puisi, membahas cerita pendek / cerpen, mendeklamasikan puisi, dan menulis paragraf ekspositoris.

Mengungkapkan Nilai – Nilai dalam Puisi

Nilai – nilai kehidupan, baik nilai sosial, nilai agama, dan nilai kemasyarakatan dalam dilakukan melalui puisi. Puisi yang baik, dapat mendorong individu untuk memetik suatu nilai yang akan berguna dalam kehidupannya. Bukan berarti, puisi yang tidak memberikan nilai sosial, nilai agama, dan nilai kemasyarakatan itu tidak baik. Masih terdapat nilai lain yang terkandung dalam puisi yaitu nilai keindahan.
Puisi dapat dikatakan sebagai salah satu kegiatan untuk apresiasi. Apresiasi dalam puisi dapat pula dilakukan dengan cara membaca puisi dengan cara menghayati, menulisnya, dan mendeklamaiskan puisi. Bukan hanya itu juga, yaitu menuliskan resensi sebuah puisi. Pemahaman yang mendalam akan puisi dapat terjadi, ketika seorang individu mampu mengapresiasinya.
Selain pemahaman, merasakan hal – hal yang ditulis oleh penyair, dan menyerap nilai – nilai yang terkandung dalam puisi dapat dikatakan sebagai apresiasi. Wujud apresiasi yang lain, yaitu menghargai puisi sebagai keindahan dalam karya seni. Kepekaan batin seorang individu akan dapat mengapresiasi sebuah karya seni. Individu yang peka terhadap makna yang tersirat dalam puisi, akan memahami kandungan di dalam sebuah puisi.
Apresiasi dalam puisi akan menjadikan seseorang mampu : mengenal, memahami, menafsirkan, menghayati, dan menikmati sebuah seni berupa karya sastra seperti puisi. Langkah – langkah yang dapat dilakukan individu dalam mengapresiasi suatu karya sastra yaitu sebagai berikut.
  • Seorang pembaca perlu untuk mempersiapkan keterlibatan jiwanya.
  • Seorang pembaca perlu untuk memahami dan menghargai kemampuan sastrawan dalam menyajikan suatu pengalaman hingga mencapai suatu tingkat penghayatan tertentu.
  • Seorang pembaca menemukan pengalaman yang diperoleh dari karya sastra melalui pengalaman kehidupan yang nyata yang pernah atau sedang dihadapi.
Hakikat sebuah karya sastra, seperti puisi, terdiri dari tema, perasaan, nada dan suara, dan amanat. Apakah pengertian dari masing – masing hakikat tersebut?
  • Tema merupakan gagasan pokok yang hendak diungkapkan oleh penyair dalam karangan puisinya. Tema dalam puisi dapat terdiri dari cinta, patritisme, kemanusiaan, ketuhanan, perjuangan, alam, keadilan, kegagalan hidup, kritik sosial, kesetiakawanan, dan demokrasi.
  • Perasaan ini beruhubungan dengan kondisi batin yang sedang dialami oleh penyair, kemudian dituangkan dalam sebuah puisi. Perasaan tersebut dapat terdiri dari patah hati, cemburu, menyesal, takut, dan kesepian.
  • Nada dan suasana puisi. Nada puisi merupakan sikap seorang penyair terhadap pembaca, sikap tersebut dapat berwujud menasehati, mengejek, menyindir atau menggurui.
  • Amanat puisi merupakan kesan yang dapat ditangkap oleh pembaca atau pendengar, setelah membaca dan mendengar sebuah puisi.
Setelah mempelajari tentang nilai – nilai yang terkandung dalam puisi, baik nilai sosial, nilai agama, maupun nilai kemasyarakatan. Kemudian, tentang bagaimana memberikan suatu apresiasi terhadap karya sastra. Selanjutnya, akan dibahas tentang cerita pendek. Tentang bagaimana kita membahas suatu cerita pendek.

Pengertian Cerita Pendek (Cerpen)

Pernahkah kamu membaca sebuah cerita? Kemudian kamu membahas cerita tersebut bersama dengan temanmu. Apa yang kamu bahas dalam cerita tersebut? Apakah kamu membahas tentang karakter dari tokohnya. Atau jalan ceritanya. Atau mungkin nilai – nilai yang tersirat dalam cerita. Bagian ini akan menjelaskan tentang membahas cerita, khususnya cerita pendek. Cerita pendek atau cerpen.
Cerita pendek yang baik memuat nilai – nilai kehidupan yang dapat berguna untuk pembelajaran bagi setiap individu yang membacanya. Membaca cerita pendek sangat berbeda, ketika membaca cerita yang termuat dalam sebuah berita. Bahasa yang digunakan dalam cerpen merupakan bahasa yang berupa bercerita dan bahasanya banyak menggunakan kiasan.
Cerita pendek  berisi imajinasi pribadi dari pengarangnya. Membahas cerita pendek, berhubungan dengan isi cerita, nilai – nilai yang terkandung dalam cerita pendek, dan hal – hal menarik apa saja yang dimuat dalam cerita pendek tersebut. Cerita pendek merupakan sebuah cerita atau narasi yang bersifat fiktif atau tidak nyata atau rekaan, yang tidak benar – benar terjadi. Meskipun tidak benar – benar terjadi, cerita tersebut dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Artinya tidak dapat dipungkiri bahwa cerita pendek merupakan hasil karya tulisan yang diperoleh dari imajinasi penulis, namun dapat terjadi dalam kehidupan individu lain.
Cerita yang dihasilkan dari cerita pendek, relatif pendek. Cerita pendek tentu saja memiliki unsur – unsur instrinsik. Unsur tersebut yaitu sebagai berikut.
  • Tema merupakan gagasan pokok dari sebuah cerita.
  • Amanat merupakan pesan – pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang, melalui karangan yang dihasilkan dan hal tersebut menjadi tujuan penyair.
  • Latar merupakan penggambaran tentang waktu, tempat, dan suasana yang ada dalam cerita.
  • Penokohan atau perwatakan, meliputi menentukan tokoh utama, memberikan nama, dan menetapkan watak.
  • Alur merupakan jalinan peristiwa yang dimuat dalam cerita.
  • Sudut pandang merupakan posisi dari pencerita terhadap kisah yang dibuatnya.
Nilai – nilai yang terkandung dalam cerita pendek, meliputi nilai budaya, nilai moral, dan nilai sosial. Nilai dalam cerita pendek berupa pesan atau amanat yang hendak disampaikan, berhubungan dengan nilai budaya, moral, dan sosial.
Unsur – unsur tersebut penting dalam membahas sebuah cerpen. Setelah dijelaskan tentang unsur – unsur instrinsik cerita pendek, selanjutnya akan dijelaskan tentang mendeklamasikan puisi.

Mendeklamasikan Puisi

Mendeklamasikan sebuah puisi tidak lengkap rasanya tanpa mengambil amanat yang tersirat dalam puisi tersebut. Amanat puisi merupakan suatu gagasan yang menjadi dasar dalam sebuah karya sastra. Amanat berupa pesan yang hendak disampaikan dari penyair ke pembaca atau pendengar. Melalui puisi, sebenarnya kita telah melakukan komunikasi.
Artinya komunikasi tersebut berwujud kemampuan individu dalam mengambil makna yang tersirat. Pendengar yang baik, akan berusaha untuk menghayati. Bahkan, dia akan merasa seolah – olah dirinya yang mengalami kisah dalam puisi tersebut. Membaca puisi tidak seperti membaca tulisan pada umumnya. Pembaca puisi harus mampu memahami dan menguasai isi didalam puisi tersebut. Pembaca puisi harus mampu menggiring pendengar untuk larut dalam puisi yang dibacakan. Yuk kenali “Pengertian dan Ciri Puisi“.

Menulis Paragraf Ekspositoris

Menguasai dalam mendeklamasikan puisi, tidak akan lengkap rasanya, jika tidak dibarengi dengan kemampuan menulis paragraf. Salah satunya menulis paragraf ekspositoris. Paragraf ekpositoris merupakan suatu paragraf yang memberikan paparan dan menerangkan tentang suatu objek. Biasanya dalam memaparkan, akan menggunakan contoh, grafik, dan data lain. Ada tiga pola pengembangan paragraf ekspositoris, yaitu proses, pola sebab akibat (sebab bertindak sebagai gagasan utama, dan akibat bertindak sebagai rincian pengembangannya), dan pola ilustrasi, yang digunakan untuk menjelaskan maksud dari penulis.

Referensi:
Darmayanti, N dan Hidayati, N. 2008. Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Unggul Kelas XII. Bandung: Grafindo.
Juhara, E., Budiman, E., dan Rita R. 2005. Cendikia Berbahasa: Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X Jilid 1. Jakarta: PT Setia Purna Inves.
Sutarni, S dan Sukardi. 2008. Bahasa Indonesia 3 SMA Kelas XII. Jakarta: Quadra.
Indrawati. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.


sumber: https://portal-ilmu.com/nilai-kepahlawanan-dalam-puisi-dan-cerpen/

Menulis Paragraf Deskriptif

Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan
sesuatu berdasarkan pengalaman semua pancaindra dengan
kata-kata secara jelas dan terperinci. Objek yang dikembangkan dalam
paragraf deskripsi berhubungan dengan ruang dan waktu.
Paragraf deskripsi dapat dikembangkan dengan pola sebagai berikut.
1. Pola Pengembangan Pengamatan (Observasi)
Paragraf deskripsi pengamatan dikembangkan dengan melakukan
pengamatan terhadap objek yang akan dideskripsikan. Pembaca
seolah-olah dapat melihat atau mengalami sendiri tentang objek yang
dilukiskan.
Contoh:
Setiap sore terlihat awan mendung menggantung. Awan mendung
dianggap pertanda akan turun hujan. Awan bergulung-gulung tertiup
angin. Ada yang bersatu dengan awan lain. Ada juga yang berpencar.
Tidak lama petir menyambar. Kemudian, hujan pun turun. Hujan
turun dengan sangat deras. Air mengalir ke segala arah dan
menggenang di mana-mana. Rupanya peresapan air ke dalam tanah
semakin berkurang akibat betonisasi.
2. Pola Pengembangan Fokus
Paragraf deskripsi fokus dikembangkan dengan menonjolkan
suatu bagian objek yang dideskripsikan. Perhatian pembaca atau
pendengar terfokus pada bagian objek yang dideskripsikan. Paragraf
ini menggunakan pilihan kata atau kalimat yang tepat dan menarik
perhatian pembaca atau pendengar.
Contoh:
Suasana pagi hari di Taman Wisata Kaliurang sangat sejuk. Kicau
burung bersahut-sahutan. Semilir angin sepoi-sepoi menambah
sejuknya udara pagi. Warna-warni bunga yang ada di taman membuat
orang betah duduk. Taman dihiasi pepohonan.
Taman itu juga dihiasi beberapa patung bangau putih. Patungpatung
itu terlihat sangat unik. Di tengah taman terdapat kolam. Di
tengah kolam terdapat air mancur. Aneka mainan anak-anak turut
melengkapi Taman Wisata Kaliurang.
Fokus yang dibicarakan dalam paragraf tersebut adalah sebuah taman
di tempat wisata Kaliurang. Selain menggambarkan peristiwa, paragraf
deskripsi dapat digunakan untuk menjelaskan objek benda atau manusia.
Contoh:
1. Saraswati berperawakan tinggi semampai. Rambutnya lurus sebahu.
Kulitnya sawo matang. Sorot matanya teduh dan berhidung mancung.
2. Benda ini digunakan untuk membersihkan debu. Benda ini terbuat
dari bulu ayam dan rotan.


sumber: https://winaraku.wordpress.com/tag/menulis-paragraf-deskripsi/

Menceritakan Pengalaman Mengesankan

Pengertian Pengalaman
Pengalaman adalah kejadian atau peristiwa yang pernah dialami, dijalani, dirasakan, ditanggaung.

Langkah-langkah Menceritakan Pengalaman
1. Mengingatkan pengalaman yang pernah dialami.
Ingat-ingatlah pengalaman yang pernah Anda alami. Mulai dari pengalaman menyenangkan, menyedihkan, mengharukan, menyebalkan, mengecewakan, dll.

2. Mencatat atau mendaftar pengalaman yang dialami.
Daftarlah pengalaman yang Anda ingat.
Contoh:
1) Liburan ke Hawai
2) Kucing kesayanganku mati
3) Menanti pengumuman kelulusan
4) Mengikuti MOPDB, dll

3. Memilih salah satu pengalaman.
Setelah Anda mendaftar berbagi pengalaman yang dialami. Dari sekian banyak pengalaman Anda,  pilihlah salah satu pengalaman yang paling menarik mengesankan bagi Anda.
Contoh:
Kucing kesayanganku mati
Anda bisa menjadikan daftar pengalaman yang Anda pilih sebagai judul pengalaman atau memilih judul lain.

4. Menulis kerangka
Buatlah kerangka karangan berdasarkan struktur isi berbicara di depan umum yang terdiri dari:
1)    Pembukaan   (ucapan salam, tujuan, berbicara tentang apa)
2)   Isi               (pokok-pokok isi yang dibicarakan)
3)   Penutup        (ucapan terima kasih, salam)

Contoh:
Kerangka
1. Pembuka
– Kucing hadiah ulang tahunku dari papa.
– Aku sangat senang ketika mendapat hadiah itu.
2. Isi
– Setiap hari kami selalu bermain bersama.
– Kucingku mati tertabrak mobil.
– Aku tidak dapat menjaga hadiah dari papa.
3. Penutup
– Papa tidak memarahiku.
– Papa berjanji akan membelikan kucing lagi untukku.

5. Mengembangkan kerangka menjadi paragraf.
Setelah Anda menyusun kerangka karangan, selanjutnya kembangkanlah kerangka karangan Anda menjadi sebuah paragraf.
Contoh:
Selamat siang teman-teman. Hari ini aku akan bercerita mengenai pengalaman aku yang menyedihkan, yaitu kucing kesayanganku mati. Awal ceritanya begini, Minggu lalu tepat tanggal 26 Agustus 2013 adalah hari ulang tahunku. Papa menghadiahkan kucing lucu imut. Kucing hadiah ulang tahunku dari dan papa. Aku sangat senang ketika papa memberikan kucing itu padaku. Nama kucingku Belang.
Aku adalah anak tunggal dari kedua orangtuaku. Jadi, aku tidak mempunyai teman bermain di rumah. Setiap hari aku selalu bermain dengan Belang, biasanya kami bermain di halaman depan rumah. Suatu hari, Belang lari keluar pagar yang terbuka. Kemudian “bruk” aku terdiam sejenak dan berlari keluar pagar. Aku melihat Belang tak berdaya dengan darah disekujur tubuhnya. Belang tertabrak mobil dan mati. Aku sangat sedih dan terpukul karena Belang mati. Aku pun merasa tidk dapat menjaga hadiah yang diberikan papa padaku.
Ketika papa pulang kerja, papa melihatku termenung di kursi ruang tamu. Papa menghampiriku dan bertanya mengapa aku terlihat sedih. Saat itu aku sungguh takut dimarahi papa karena tidak bisa menjaga hadiah papa dengan baik. Aku pun memberanikan diri untuk menceritakan semuanya. Papa langsung memelukku dan berkata, “Sudah jangan menangis, papa tidak marah kok.”. Aku langsung lega mendengar papa berkata demikian. Papa pun berjanji akan membelikan kucing lagi kepadaku. Sekian dulu cerita dariku teman. Terima kasih.

Hal-hal yang perlu diperhatikan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita berbicara di depan umum, yaitu intonasi, tempo, volume, dan gesture.
1)    Intonasi
Intonasi adalah lagu kalimat; ketepatan penyajian tinggi rendahnya nada dalam pelafalan. Untuk memudahkan pemahaman intonasi, perhatikan contoh berikut:
(situasi: pada lomba pembacaan puisi, diumumkan pemenang lomba. Dibarisan peserta terdengarlah kata berikut)
  1. Hore kita menang.
  2. Yah kalah.

2)   Tempo
Tempo adalah sesuatu yang berhubungan dengan cepat lambatnya berbicara. Untuk memudahkan pemahaman tempo, perhatikan contoh berikut:
  1. Hai apa kabar? (tempo lambat)
  2. Hai apa kabar? (tempo sedang)
  3. Hai apa kabar? (tempo cepat)
Jika kita sedang berbicara di depan kelas, kita dapat menggunakan tempo berbicara sedang. Agar teman-teman yang lain dapat menangkap dengan jelas apa yang kita sampaikan.

3)   Volume
Volume adalah tingkat kenyaringan atau kekuatan suara. Untuk memudahkan pemahaman volume, perhatikan contoh berikut:
  1. Hai apa kabar? (situasi: lawan bicara jauh, berteriak)
  2. Hai apa kabar? (situasi: bertatap muka,berjabat tangan)
  3. Hai apa kabar? (situasi: berbisik)
Jika kita sedang berbicara di depan kelas, kita dapat menggunakan volume suara yang nyaring. Agar suara kita didengar sampai ke teman-teman yang duduk dibangku belakang.

4)   Gesture
Gesture adalah gerak tangan atau gerak anggota tubuh yang sesuai dengan yang dibacakan. Untuk memudahkan pemahaman gesture, perhatikan contoh berikut:
  1. Hai. (tangan melambai)
  2. Sakit hati aku mendengar semua itu. (tangan memegang dada)
Jika kita sedang berbicara di depan kelas, kita dapat memilih gerak tangan atau anggota tubuh yang tepat sesuai dengan apa yang kita ingin sampaikan.

Ayo berbagi pengalaman bersama teman-temanmu!
Hari ini kita belajar nilai KEBERANIAN dan KETEKUNAN


sumber: https://aloysrhea.wordpress.com/2013/09/16/menceritakan-pengalaman-mengesankan/

Menganalisa Puisi

Apakah ketika Anda membaca dan menganalisis puisi layaknya menafsirkan bahasa kuno yang hampir punah? Nah jangan takut! Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat belajar bagaimana menafsirkan sebuah puisi secara terarah dengan memikirkan apa maksud puisi tersebut, dan mengidentifikasi perangkat yang digunakan penyair untuk menjelaskan maknanya.

Bagian 1 dari 2: Menentukan Makna Puisi

  1. Gambar berjudul Analyze Poetry Step 01
    1
    Baca sebuah puisi secara perlahan-lahan. Pertama kali Anda membaca puisi tersebut, ingat "reaksi perasaan" Anda terhadap puisi tersebut: setiap hubungan emosional yang Anda miliki terhadap ucapan penyair, hal-hal yang mengingatkan Anda terhadap pengalaman detil pribadi, hal-hal yang Anda suka atau tidak sukai, dll. Pandang dari sisi, "Bagaimana perasaan saya tentang hal ini? Mengapa? Mengapa tidak?" Reaksi ini dapat memusatkan pikiran Anda pada respon yang diharapkan penyair dari pembacanya.[1]
    • Misalnya, membaca "The Vagabond Song" oleh Bliss Carmen. Kesan pertama Anda mungkin dedaunan berwarna cerah membeku ditepian. Atau musim panas beralih ke musim gugur. Hal ini mungkin memanggil kembali kenangan sewaktu menghabiskan waktu di hutan ketika dedaunan berubah.[2]
  2. Gambar berjudul Analyze Poetry Step 02
    2
    Baca lagi puisi dan temukan makna harfiah puisi tersebut. Makna harfiah adalah versi yang paling terlihat jelas pada puisi dan tidak merujuk ke perangkat puitis. Terjemahkan puisi ke dalam percakapan bahasa Inggris. Bagaimana Anda menceritakan kisah puisi itu ke teman? Pikirkan dari sisi, "Apa definisi kamus yang paling umum dari kata atau frase ini?" Ini bisa menjadi langkah yang sulit, tapi ingat bahwa semua puisi yang bagus, bahkan ketika tampaknya sulit diakses, masih menggunakan kata-kata yang memiliki makna harfiah.[3]
    • “The Vagabond Song," bercerita tentang penyair yang menyaksikan perubahan dari musim panas ke musim gugur. Ia merasa musim gugur adalah musim yang paling menawan, dan membuat darahnya bergejolak memikirkan daun-daun yang berubah.
  3. Gambar berjudul Analyze Poetry Step 03
    3
    Baca kembali puisi untuk menemukan makna konotatifnya. Cari beberapa kata kunci atau frase pada puisi dan pikirkan jenis konotasi yang disajikan. Pikirkan dari sisi, "Mengapa kata ini dan bukan kata lain?" Rujuklah pada reaksi pertama Anda: seringkali makna yang mempengaruhi emosi kita adalah konotatif, bukan denotatif.
    • Contoh kata "ibu", kamus mendefinisikan ibu sebagai “orang tua perempuan”. Namun kata "ibu" mungkin menimbulkan emosi dan perasaan di dalam diri Anda: ini melukiskan sebuah gambaran dalam pikiran Anda. Anda mungkin berpikir tentang cinta dan rasa aman atau mungkin berpikir tentang Ibu Anda sendiri. Emosi dan perasaan yang diciptakan sebuah kata disebut makna konotatif.
    • “The Vagabond Song,” menggunakan frase "darah gipsi." Secara teknis darah gipsi berarti darah seseorang yang berketurunan Romawi. Namun dalam puisi ini, konotasi "darah gipsi" adalah semangat pengembaraan. Penyair mungkin memiliki rumah atau tempat permanen untuk hidup, tapi ketika musim gugur datang, ia tiba-tiba merasa gelisah.
  4. Gambar berjudul Analyze Poetry Step 04
    4
    Cari makna simbolis puisi tersebut. Catat kiasan-kiasan yang mungkin Anda kenali, referensi pada simbol tertentu, dll. Pikirkan dari segi, "Apa maknanya? Mengapa?”
    • Dalam "The Vagabond Song," pikirkan kata "asli." Kalimatnya berbunyi, "Ada sesuatu di musim gugur yang asli bagi darah saya." Asli dalam kasus ini, tidak bermakna pembicara lahir dengan musim gugur di dalam darahnya. Sebaliknya ini merupakan representasi simbolis atas konsep bahwa pembicara merasa seperti dia dilahirkan untuk menjadi bagian dari musim gugur, bahwa ia merasa "hidup" saat musim gugur, dan musim gugur merupakan bagian yang melekat pada dirinya. Asli bermakna intrinsik, seperti bunyi, dan menginspirasi kegembiraan.
    • Sebagai contoh lain, pikirkan kata "cahaya." Ini mungkin tidak mengacu kepada kondisi literal yang berarti kebalikan dari gelap; seringkali "cahaya" digunakan untuk melambangkan pengetahuan, kebenaran, kedamaian, sukacita, atau spiritualitas.
  5. 5
    Berhenti dan bertanya pada diri sendiri, "Apa yang penulis coba katakan?" Apa tujuan puisi ini? Apa reaksi yang coba ia raih dari pembaca? Mengapa?" Cobalah untuk mengidentifikasi "tujuan penulisan" penyair.
    • Untuk "The Vagabond Song," tujuan Carmen adalah merayakan transisi dari musim panas ke musim gugur. Dia ingin mengungkapkan perasaan yang dirasakannya ketika daun mulai berubah dan kegelisahan tiba-tiba yang mencengkeramnya.

Bagian 2 dari 2: Memikirkan Perangkat Puisi yang Digunakan

  1. Gambar berjudul Analyze Poetry Step 06
    1
    Mulailah menganalisis berbagai bagian puisi tersebut. Analisis selanjutnya akan membantu Anda mengetahui bagaimana penulis meraih emosi atau mencapai tujuannya, daripada apa pengaruh dan tujuannya. Ini berarti menjelajahi perangkat puitis, nada suara, pembaca, dan lainnya.
  2. Gambar berjudul Analyze Poetry Step 07
    2
    Mengidentifikasi siapa yang berbicara, narrator, dan pembaca. Apakah ada orang tertentu yang berbicara? Apakah yang berbicara adalah penyair? Meskipun yang berbicara adalah penyair, Anda harus selalu merujuk kepada yang berbicara sebagai 'narator' dalam analisis Anda. Berkaitan dengan pembaca, pembicara berbicara kepada siapa? Apakah ada kelompok tertentu? Apakah pembaca membantu untuk menentukan siapa naratornya?
    • Pembicara dalam "The Vagabond Song" adalah penyair. Dia menyebut semua 'gelandangan' lain adalah orang-orang yang terpanggil untuk berpindah tempat saat dedaunan berubah. Namun, baginya, pengembara adalah semua orang yang menyukai perubahan yang dibawa musim gugur – tidak mesti pengembara yang sebenarnya.
  3. Gambar berjudul Analyze Poetry Step 08
    3
    Tentukan struktur dan susunan puisi tersebut. Apakah puisi ini mengikuti sebuah bentuk narasi? Apakah ada ide-ide yang dikelompokkan bersama di bagian yang berbeda? Apakah setiap bait/stanza memiliki topik yang terpisah, atau adakah tema yang berkelanjutan sepanjang puisi tersebut? Bagaimana puisi secara fisik disusun - ini adalah puisi yang panjang, adakah ia memiliki stanza atau bait yang terpisah?
    • “The Vagabond Song” memiliki tiga bait, masing-masing terdiri dari empat baris. Seluruh puisi membahas tema yang diinspirasi dari alam (musim gugur).
  4. Gambar berjudul Analyze Poetry Step 09
    4
    Tentukan skema rima puisi tersebut. Ada berbagai jenis skema rima. Rima digunakan untuk memberikan puisi suara musikal yang menyenangkan. Mereka juga dapat digunakan untuk memperdalam makna, dan memperkuat bentuk puisi. Apakah ada makna di balik penempatan rima? Apakah ia menekankan pada ide tertentu di dalam puisi?[4]
    • Rima di akhir adalah salah satu bentuk rima yang paling umum. Ketika kata terakhir pada sebuah baris berima dengan kata akhir lain pada bait tersebut, ini disebut rima di akhir. Dalam "The Vagabond Song," baris " And my lonely spirit thrills/To see the frosty asters like a smoke upon the hills" adalah contoh baris yang berima di akhirnya.
    • Rima di dalam yaitu ketika kata-kata di tengah baris, berima dengan kata lain di tengah-tengah baris yang berbeda. Dalam sebuah puisi oleh Samuel Taylor Coleridge, ia menulis “The fair breeze blew, the white foam flew” ‘blew’ dan ‘flew’ adalah contoh rima di dalam.
    • Rima yang sesungguhnya adalah kata-kata yang berima dengan sempurna. Misalnya, kata-kata "cat" dan "rat" adalah rima yang benar.
    • Rima yang tidak sempurna, adalah kata-kata yang hampir berima, tetapi tidak persis sama. Ini juga disebut rima yang miring. Misalnya, kata-kata "fate" dan "saint" adalah rima tidak sempurna - keduanya terdengar sangat mirip, tapi secara halus berakhir dengan bunyi yang berbeda. Rima yang tidak sempurna menggunakan asonansi dan konsonan. Asonansi adalah ketika vokal dari dua kata berima, sedangkan konsonan adalah ketika konsonan dua kata yang sama.
  5. Gambar berjudul Analyze Poetry Step 10
    5
    Analisis puisi dari segi perangkat puitis. Carilah perangkat suara (aliterasi, asonansi, dll), perumpamaan (detil sensorik, gambar yang berbicara, dll) dan sebagainya. Pikirkan dari sisi, "Apa jenis alat bahasa yang penulis ini gunakan? Bagaimana alat tersebut membantu dia mencapai tujuannya?" [5]
    • Apa perumpamaan yang digunakan penulis? Apakah dia menggunakan metafor, simile, atau personifikasi? Dalam "The Vagabond Song," Carmen melambangkan musim gugur, mengatakan bahwa dia adalah seorang wanita dan "she calls and calls each vagabond by name (si wanita memanggil-manggil setiap gelandangan dengan namanya)." Dengan menyebut musim gugur sebagai seorang wanita, Carmen mempararelkan gagasan seorang wanita menggoda dirinya, dengan musim gugur yang memanggilnya ke hutan belantara untuk bersuka-cita dengan keindahannya.
    • Apakah penyair menggunakan aliterasi? Aliterasi adalah ketika kata-kata dalam baris dimulai dengan huruf yang sama. Contohnya, " the terrifying tiger tackled the traumatized toad.”
    • Bagaimana Anda mendefinisikan bahasa puisi (atau diksi, pilihan kata)? Apakah penulis memilih untuk menempatkan kata-kata tertentu dalam puisi karena alasan tertentu? Adakah bahasanya berbunga-bunga? Dingin? Sedih? Dalam "The Vagabond Song," diksinya aneh tapi penuh dengan gairah. Warna merah, yang merupakan warna gairah, disebut-sebut di keseluruhan puisi. Darah, daun merah, merah maple, dan bukit-bukit api semua tampil dalam puisi, menyajikan puisi dengan nuansa semangat dan gairah.
  6. Gambar berjudul Analyze Poetry Step 11
    6
    Tariklah kesimpulan. Apa tema atau tujuan puisi tersebut? Alat apa yang digunakan penyair untuk menyampaikan tema atau gagasan utama puisinya? Bagaimana ia menggunakannya? Jika Anda ditugaskan untuk melakukannya, tuliskan temuan Anda dalam sebuah esai analitis.

Tips

  • Jika Anda masih mengalami kesulitan memahami apa ingin dikatakan penulis melalui sebuah puisi, bacalah berulang kali. Perhatikan jenis emosi yang dimaksudkan oleh puisi. Seringkali tujuan penyair hanyalah membantu pembaca merasa dengan sebuah nuansa tertentu atau merasakan realitas adegan yang dibayangkan.
  • Berusahalah tidak frustrasi. Beberapa puisi bisa sangat menantang untuk dipahami. Bagaimanapun juga, teruslah berlatih dan berlatih! Jangan menyerah. Belajar untuk menghargai puisi yang kompleks adalah keterampilan yang berkembang sejalan dengan waktu.


sumber: http://id.wikihow.com/Menganalisa-Puisi

Cara Menulis Paragraf Naratif

 Paragraf disebut juga sebagai alinea. Secara fisik, paragraph mempunyai ciri-ciri dengan tulisan menjorok ke dalam di awal paragraf atau menggunakan spasi ganda antara jarak paragraf yang satu dengan paragraf yang lain. Kami akan membahas bagaimana cara menulis paragraf naratif.

Pernahkah kamu diminta untuk menulis sebuah cerita berdasarkan urutan waktu dan tempat? Penulisan semacam itu dinamakan menulis paragraf naratif. Apakah yang dimaksud paragraf naratif? Bagaimana pola penulisan paragrafnaratif? Nah, pada pembelajaran ini kamu akan berlatih menuangkan gagasan ke dalam paragraf naratif.


Pengertian Paragraf Naratif

Paragraf naratif pada hakikatnya adalah karangan yang berisi rangkaian peristiwa yang membentuk suatu jalinan cerita. Karangan jenis ini bersifat kisahan suatu peristiwa yang disusun secara urut.

Jenis Paragraf Naratif

Paragraf naratif terbagi menjadi dua jenis, yakni naratif fiksi dan naratif nonfiksi. Naratif fiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa imajinatif/khayal. Naratif jenis fiksi biasanya digunakan dalam penulisan novel, cerpen, atau dongeng. Naratif nonfiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwaperistiwa faktual. Naratif jenis ini biasanya digunakan dalam penulisan laporan berita/peristiwa.
Perbedaan naratif fiksi dan nonfiksi adalah sebagai berikut.

Langkah-Langkah Menyusun Paragraf Naratif

Untuk menyusun sebuah karangan narasi diperlukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Tentukan pokok permasalahan (tema) yang akan dijadikan inti cerita.
b. Tentukanlah pelaku atau tokohnya.
c. Susun alur/bagian-bagian cerita secara urut.
d. Rangkailah menjadi suatu cerita yang padu berdasarkan urutan tempat, ruang,dan waktu.
e. Susunlah kerangka karangan.
f. Kembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang utuh. Sekarang, coba pahami dua teks paragraf jenis naratif berikut ini!

Sebuah paragraf tersusun atas rangkaian kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Jika tidak terdapat keduanya, maka belum bisa dikatakan sebagai paragraf. Paragraf yang baik setidaknya memuat 4 unsur berikut.
Cara Menulis Paragraf Naratif
Menulis

a. Kesatuan (kohesi): sebuah paragraf dianggap memenuhi kriteria kesatuan apabila kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut bersama-sama mendukung suatu hal atau tema tertentu.

b. Kepaduan (koherensi): sebuah paragraf dianggap memenuhi kriteria kepaduan apabila semua kalimat yang membangun paragraf saling terkait antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya yang membentuk paragraf tersebut.

c. Kelengkapan: sebuah paragraf dianggap lengkap jika paragraph tersebut dibangun oleh beberapa kalimat yang terdiri atas kalimat utama dan kalimat-kalimat uraian atau penjelas.

d. Kevariasian: sebuah paragraf dinyatakan memenuhi kriteria kevariasian apabila kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut bervariasi baik dari segi struktur kalimat, bentuk kata, maupun pilihan kata (diksi) yang digunakan.

Paragraf deduktif, induktif, dan deduktif-induktif (campuran). Sedangkan berdasarkan teknik pemaparannya, paragraf dibedakan atas paragraf naratif, deskriptif, ekspositif, argumentatif, dan persuasif. Bilamana kita memanfaatkannya? Hal ini sangat bergantung pada kebutuhan dan tujuan penulisan paragraf. Paragraf naratif merupakan suatu bentuk paragraf yang berusaha menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa dengan nyata sehingga seolah-olah pembaca melihat dan mengalami sendiri peristiwa atau kejadian tersebut. Unsur-unsur penting dalam paragraph naratif adalah unsur perbuatan atau tindakan, tempat dan rangkaian waktu. Oleh karena itu sebuah paragraf naratif seringkali digunakan dalam penulisan prosa dalam karya sastra. Paragraf naratif atau paragraf dalam bentuk narasi, biasanya mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.

Berikut contoh yang kami cantumkan. Perhatikan dengan baik-baik
“Pukul dua malam Marni bangkit. Mula-mula ia berjalan menuju kamar suaminya. Dipandangnya Parta yang tetap tertidur meskipun dengan tarikan-tarikan napas yang berat. Pundak laki-laki itu naik dan agak maju, ciri utama seorang penderita asma. Wajahnya pucat. Tulang pelipis dan tulang pipinya menyembul. Ketika rasa benci mulai merayap di hati Marni, ia berbalik ke dipan sebelah. Di sana kedua anaknya lelap. Kesucian dua bocah itu tergambar
pada kedamaian wajah mereka. Marni hanya membetulkan letak selimut anaknya lalu keluar. Ia masuk ke kamar Tini. Ditatapnya wajah gadis itu lama-lama. Hidung itu persis hidung Karman, juga bibir Tini. “Anakku, kukira benar kata orang. Kau cantik. Mudah-mudahan kau
lebih beruntung dalam hidupmu. Berbahagialah, besok kau akan bertemu dengan ayahmu. Oh kau tak tahu siapa sebenarnya yang lebih berhasrat berjumpa dengan ayahmu.”

                                                                             (Ahmad Tohari dalam Novel Kubah)

Coba perhatikan dan pahami sekali lagi penggalan teks di atas. Penggalan dari novel Kubah di atas ditulis dengan memanfaatkan paragraf naratif.
Dipandangnya Parta yang tetap tertidur meskipun dengan
tarikan-tarikan napas yang berat. Pundak laki-laki itu naik dan
agak maju, ciri utama seorang penderita asma. Wajahnya pucat.
Tulang pelipis dan tulang pipinya menyembul.

Penggambaran penulis tentang seorang penderita asma di atas mampu membuat pembaca seolah-olah mengenali sosok Parta yang menderita penyakit asma, selain juga memahami bahwa orang yang berpenyakit asma mempunyai bentuk badan yang khas. Kemampuan menggambarkan dan menuangkan dalam paragraf naratif ini tidak muncul begitu saja melainkan melalui latihan terus-menerus serta melakukan pengamatan yang intens terhadap segala sesuatu yang terjadi baik di sekitar lingkungan kita atau saat kita berada di tempat
lain.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Apabila ada kekurangan dalam artikel ini, silahkan berikan saran dan komentarnya. Semoga bermanfaat.
sumber: http://www.ilmubahasa.net/2015/03/cara-menulis-paragraf-naratif.html

Membaca Ekstensif Teks Nonsastra

 Membaca Ekstensif Teks Nonsastra

Diharapkan Mampu:




A. Menuliskan kembali isi bacaan
B. Mengindentifikasi ide pokok teks                                                                                                                       
a.  Pengertian Membaca Ekstensif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekstensif artinya bersifat menjangkau secara luas. Jadi, membaca ekstensif adalah membaca yang sifatnya menjangkau secara luas, dapat menangkap seluruh isi bacaan. Kegiatan pembelajaran membaca ekstensif akan membantu meningkatkan ketrampilan aspek membaca.
b.  Ide Pokok Pada Teks
Setiap paragraph dalam teks bacaan mengandung ide pokok. Ide pokok umunya dituangkan dalam kalimat utama. Kalimat utama biasanya berisi dasar pemikiran atau halyang diterangkan oleh kalimat-kalimat lainnya. Ide pokok dalam bacaan meliputi ide pokok tiap paragraf. Jadi, untuk menemukan ide pokok bacaan dapat dilakukan dengan tersebut adalah mencari kalimat utamanya.
c.   Penyusunan Ringkasan
Salah satu usaha mempermudah memahami isi bacaan adalah dengan menyusun ringkasan. Ringkasan merupakan bentuk singkat atau  bentuk pendek yang disarikandari naskah panjang, tanpa mengurangi ide, gagasan utama dan informasi penting lainnya.
1.     Persyaratan Menyusun Ringkasan

a.    Memiliki kecakapan membaca efektif
b.    Terampil dalam menghilangkan hal yang tidak berkaitan dalam teks
c.    Menggunakan ragam tidak langsung dengan bahasa sendiri
d.    Menyusun kalimat tunggal, efektif dan tetap mengandung gagasan yang utuh
e.    Tidak terbiasa memasukan pikiran sendiri atau informasitambahan yang tidak dibahas dalam bacaan
f.    Tidak mengubah struktur dari setiap bagian bacaan
g.    Tidak memindah (mengubah) penekanan penulis

2.    Prinsip Menyusun Ringkasan

Berdasarkan beberapa persyaratan di atas, ada beberapa prinsip meringkas yang   perlu diterapkan, yaitu sebagai berikut :
a.    Gunakan kalimat tunggal dan bukan kalimat majemuk
b.    Ubah kalimat menjadi frasa dan frasa menjadi kata
c.    Utamakan paragraph yang penting
d.    Pertahankan gagasan asli dansusun berurutan seperti naskah asli
e.    Gunakan kalimat tidak langsung



sumber: http://balitermite.blogspot.co.id/2012/03/membaca-ekstensif-teks-non-sastra.html

Mendiskusikan Masalah

Mendiskusikan Masalah

A. Pengertian Diskusi
Diskusi adalah suatu pertemuan yang dilakukan untuk mencari jalan keluar atas permasalahan yang sedang dihadapi. Tentu saja jalan keluar yang dimaksud adalah yang dihasilkan dari sebuah kesepakatan bersama. Diskusi dilakukan dengan cara brain stroming atau tukar pikiran secara teratur dan terarah.
Bertukar pikiran baru dapat dikatakan sebagai diskusi apabila.
1. Ada permasalah yang dibahas
2. Ada seseorang yang bertindak sebagai pemimpin diskusi
3. Ada peserta atau anggota diskusi
4. Ada yang mengemukakan pendapat
5. Menghasilkan sebuah keputusan yang disepakati oleh peserta atau anggota diskusi.

B. Membuat Laporan Diskusi
Laporan diskusi yang dimaksaud adalah laporan yang diskusi yang khusus diproyeksikan untuk dipresentasikan di depan kelas. Adapun format laporannya adalah sebagai berikut.
1. Tema
2. Judul
3. Sumber, hari, dan tanggal (jika yang dikutip buku tulis nama pengarang, judul buku, dan tahun buku diterbitkan)
4. Merangkum berita atau artikel yang dianalisis
5. Menentukan permasalah yang terdapat dalam berita atau artikel yang dianalisis
6. Mencari pemecahan permasalah dari berita atau artikel yang dianalisis secara berkelompok
7. Mencatat kata-kata sulit dan mencari maknanya di dalam KBBI
8. Menyimpulkan hasil diskusi

C. Peran Unsur Diskusi
1. Moderator: Membuka diskusi, menyampaikan tema atau judul diskusi, memperkenalkan diri sendiri, penyaji, dan notulis, menyampaikan peraturan, mempersilakan penyaji menyampaikan materi, menentukan siapa saja yang bertanya
2. Peran Penyaji: Mempresentasikan materi diskusi, menjawab pertanyaan
3. Peran Notulis: Merangkum materi diskusi yang disampaikan penyaji, mencatat pertanyaan dan jawaban, menyimpulkan, dan membacakan hasil presentasi.
4. Peserta/anggota diskusi: Memperhatikan dengan baik dan memberikan pertanyaan atau sanggahan berkaitan dengan presentasi materi


sumber: http://indoissud.blogspot.co.id/2011/07/mendiskusikan-masalah.html

MENDENGAR DAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR CERITA RAKYAT

MENDENGAR DAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR CERITA RAKYAT

A.    Unsur-unsur intrinsik dalam cerita
Di dalam sebuah cerita pasti terdapat unsur-unsur cerita seperti alur, tokoh, watak, latar, dan amanat.
1.      Tokoh adalah pelaku yang terdapat dalam cerita.
Dalam cerita ada beberapa jenis tokoh, yaitu:
a.       Tokoh utama: yaitu tokoh yang menjadi inti dalam cerita tersebut. Tokoh utama di bagi 2 yaitu tokoh protagonis dan antagonis
b.      Tokoh pendamping : yaitu tokoh yang mendampingi tokoh utama.
c.       Figuran : tokoh yang menjadi pelengkap sebuah cerita saja.
2.      Watak atau karakter merupakan sifat dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Watak dalam cerita ada beberapa macam, yaitu:
a.       Protagonis       : baik
b.      Antagonis        : jahat
c.       Tritagonis        : Penengah
3.      Latar atau setting merupakan keterangan tentang waktu, suasana, dan tempat dalam cerita. Setting cerita ada beberapa macam, yaitu:
a.       Latar tempat : tempat terjadinya cerita
b.      Latar waktu     : waktu terjadinya cerita
c.       Latar Keadaan : keadaan ketika cerita berlangsung
4.      Plot / alur cerita adalah jalan cerita yang digunakan. Alur cerita ada beberapa macam, yaitu:
a.       Alur maju : berawal dari perkenalan – konflik – klimaks dan penyelesaian
b.      Alur mundur yaitu kebalikan dari alur maju
c.       Alor campuran : campuran dari alur  maju dan mundur
5.      Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui cerita tersebut.

Petani yang Baik Hati
Di sebuah desa hiduplah seorang petani. Ia bekerja sejak selesai Subuh dan pulang saat matahari mulai terbenam. Ia giat mengerjakan sawah dan ladangnya.
Ketika bekerja Pak tani tidak pernah mengeluh. Ia ingin membahagiakan keluarganya. Berkat ketekunan Pak Tani, hasil panennya sangat melimpah.
Selain bertani, Pak tani juga memelihara sepasang itik. Itik-itik itu diberi makan dengan teratur sehingga badannya gemuk-gemuk. Tiap hari itik Pak Tani bertelur. Telur itu sebagian dijual, dan sebagian ditetaskan. Uang hasil penjualan telur digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
 Suatu hari, hasil panen Pak Tani tidak terlalu bagus. Karena padi-padinya banyak dimakan tikus. Akibatnya penghasilan Pak Tani berkurang drastis. Di rumah tidak ada lauk lagi. Kemudian istri Pak Tani berniat untuk menjual itik-itik mereka. “Kita jual saja itik kita, Pak. Uangnya dapat kita gunakan untuk membeli lauk pauk. Kasihan anak-anak, mereka tidak punya lauk pauk untuk makan,” kata istri Pak Tani.
Pak Tani tidak setuju dengan pendapat istrinya. “Aku
tidak akan menjual itik ini, Bu! Lagipula kita masih bisa mendapat lauk dari telur-telur yang dihasilkan itik ini. Dengan begitu kita tidak perlu menjual itik ini, jika anak- anak bosan dengan telur, tukarkan saja telur-telur ini dengan lauk yang mereka inginkan,” kata Pak Tani.
Akhirnya, itik-itik itu tidak jadi dijual. Keesokan harinya seperti biasa, Pak Tani dan istrinya mengambil telur-telur itik.
Alangkah kagetnya mereka ketika mendapati telur-telur itik itu berubah menjadi emas. Emas-emas itu keluar dari tubuh itik. Mereka sangat bahagia. Emas-emas itu ditukarkan dengan kebutuhan hidup mereka.
Sekarang Pak Tani tidak lagi kekurangan. Ia menjadi seorang yang kaya raya di desanya. Meskipun sudah menjadi orang kaya, Pak Tani dan keluarganya tidak
sombong. Ia membantu orang-orang yang memerlukan bantuan. Tetangga-tetangga Pak Tani segan pada sikap Pak Tani dan keluarganya.

Marilah menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1.      Kapan Pak Tani mulai bekerja?
2.      Kenapa hasil panen Pak Tani tidak terlalu bagus?
3.      Setujukah Pak Tani dengan pendapat istrinya yang ingin menjual itik-itiknya?
4.      Kenapa Pak Tani sangat gembira ketika melihat itik di kandang?
5.      Bagaimana sikap Pak Tani setelah menjadi orang kaya?

Tugas 3
1.      Isilah tabel berikut ini!
2.      Cerita kembali cerita di atas dengan runtut dan bahasa yang mudah di pahami.
B.     Ungkapan (Idiom)
Ungkapan atau idiom adalah gabungan dari beberapa kata yang membentuk arti baru dan berbeda dengan makna asal katanya.

Contoh :
Panjang tangan            : suka mencuri
Muka tebal                  : tak tahu malu
Besar kepala                : sombong
Panas hati                    : Marah
Perut karet                   : tak pernah kenyang

Tugas !
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan-ungkapan di atas !
1.      Panjang tangan
Jawab ..................................................................... ................................................................................................................................................................
2.      Muka tebal
Jawab ..................................................................... ................................................................................................................................................................
3.      Besar kepala
Jawab ..................................................................... ................................................................................................................................................................
4.      Panas hati
Jawab ..................................................................... ................................................................................................................................................................
5.      Perut karet
Jawab ..................................................................... ................................................................................................................................................................
sumber: http://serietno.blogspot.co.id/2013/02/bahasa-indonesia-mendengar-dan.html