Berpidato Tanpa Teks
Kemampuan khusus yang harus dilatih adalah:
menentukan tema pembicaraan yang akan disampaikan dalam pidato;
mencatat pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan dalam pidato; dan
menyampaikan pidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat.
Penampilan seorang pembicara ketika sedang berpidato menjadi pusat
perhatian pendengar. Semua yang ada pada pembicara semuanya
diperhatikan, mulai dari pakaian, potongan rambut, sampai caranya
berjalan menuju podium. Bahkan cara berdirinya pun tidak luput dari
pengamatan pendengar.
Pandangan mata harus dilakukan secara merata menjangkau semua
pendengar baik yang di depan maupun yang di belakang, baik yang di
sebelah kiri maupun yang di sebelah kanan, pandangan yang merata itu
sebaiknya harus disertai dengan senyum ceria yang ikhlas. Gunanya adalah
agar semua pendengar merasa diajak bicara.
Agar kegiatan pidato yang dilakukan menarik hati dan perhatian
pendengar, seorang pembicara harus mampu memilih metode pidato yang
baik.
Berpidato tanpa teks dapat dilakukan melalui dua cara, yakni dengan
menghafal naskah pidato (memoriter) terlebih dahulu atau hanya
menuliskan topik-topik pokoknya yang dijabarkan dalam kerangka
(ekstemporan). Berpidato dengan cara menghafal hanya bisa dilakukan
kalau naskahnya pendek. Hal ini dapat dipahami karena kemampuan manusia
untuk menghafalkan naskah sangat terbatas. Berpidato dengan menghafalkan
naskah sebenarnya bertentangan dengan kebiasaan sehari hari.
Oleh karena itu, bila sudah sangat terpaksa, berpidato dengan cara
menghafalkan naskah harus kita hindari. Lebih baik naskah pidato kita
baca berulang-ulang saja (tidak perlu dihafalkan). Artinya,
kalimatkalimatnya tidak perlu sama dengan naskah tetapi isinya sama.
Pidato jenis ini yaitu dengan cara menuliskan pesan pidato kemudian
diingat kata demi kata. Seperti manuskrip, memoriter memungkinkan
ungkapan yang tepat, organisasi berencana, pemilihan bahasa yang teliti,
gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena
pesan sudah tepat, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan
dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam
persiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha
mengingatingat. Bahaya besar timbul bila satu kata atau lebih hilang
dari ingatan.
Teknik menghafal (memoriter) mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya antara lain:
lancar kalau benar-benar hafal;
tidak ada yang salah kalau benar-benar hafal; dan
mata pembicara dapat memandang pendengar.
Kelemahan teknik menghafal antara lain:
pembicara cenderung berbicara cepat tanpa penghayatan;
tidak dapat menyesuaikan dengan situasi dan reaksi pendengar; dan
kalau lupa, pidatonya gagal total.
Teknik lain yang dapat digunakan adalah dengan cara membuat catatan
garis besar pidato dan menjabarkannya ke dalam kerangka (ekstemporan).
Berpidato dengan cara ini sangat dianjurkan karena sifatnya sangat
fleksibel. Pembicara dituntun oleh kerangka yang dibuatnya.
Kerangka itu dikembangkan secara langsung dan dilihat saat
diperlukan saja. Pembicara juga bebas menyesuaikan dengan reaksi dan
situasi pendengar. Kalau kerangka pidato yang dibuat sudah dapat diingat
pembicara dapat tampil tanpa membawa secarik kertas. Hal ini tentu
lebih baik lagi, karena pembicara lebih konsentrasi meningkatkan
kualitas pidatonya agar lebih menarik.
Pidato dengan teknik ekstemporan mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya antara lain:
pokok-pokok isi pidato tak ada yang terlupakan;
penyampaian isi pidato runtut;
kemungkinan salah dan lupa kecil; dan
interaksi dengan pendengar sangat komunikatif.
Kelemahannya antara lain:
tangan cenderung kurang bebas bergerak karena memegang kertas jika tidak hafal;
terkesan kurang siap karena sering melihat catatan jika tidak hafal;
pemakaian bahasa kurang baik.
Setiap teknik berpidato mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk
itu, setiap orang mungkin berbeda pilihannya dengan yang lain karena
sangat bergantung pada kesiapan dan kemahiran dalam mempraktikkannya.
Untuk meningkatkan keterampilan berpidato tanpa teks, pada pelajaran ini
kamu akan berlatih dengan menggunakan teknik ekstemporan yakni hanya
menuliskan garis besar pembicaraan.
Perhatikan langkah-langkah berikut.
1. Menentukan Tema
Tentukanlah tema pembicaraan yang akan kamu sampaikan dalam pidato.
Tema yang dipilih merupakan masalah yang aktual dan factual serta mampu
menarik perhatian peserta pidato.
2. Mencatat Pokok-pokok Pidato
Catatlah pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan dalam pidato secara runtut, utuh, dan jelas.
3. Menyampaikan Pidato
Sekarang pikirkanlah bagaimana kamu akan menyampaikan pidato!
Pikirkan bagaimana kamu akan membuka pembicaraan saat pidato, menyampaikan pidato, dan menutup pembicaraan dalam pidato!
Penyampaian pidato hendaknya sistematis serta menggunakan bahasa yang
baik dan komunikatif. Ada beberapa cara yang dapat dipilih untuk
membuka pidato, menyampaikan isi pidato, dan menutup pembicaraan dalam
pidato.
Perhatikan uraian berikut ini!
a. Cara membuka pidato
Pembukaan pidato diucapkan setelah pembicara menyampaikan salam dan
sapaan kepada pendengar. Yang dilakukan pembicara adalah mengucapkan
salam dan menyapa pendengar dengan sapaan yang tulus, ramah, dan
bersahabat. Sapaan yang lazim digunakan antara lain: Bapak dan Ibu yang saya hormati, Saudara-saudara yang saya banggakan
atau sapaan-sapaan lainnya. Jumlah yang disapa jangan terlalu banyak.
Satu, dua, atau tiga sudah cukup. Kalau terlalu banyak, bisa menimbulkan
kebosanan. Apalagi kalau pembicara tampil berpidato pada giliran
terakhir, sedangkan pembicara-pembicara sebelumnya sudah menyebutkan
sapaan sapaan yang sama.
Dalam setiap komunikasi peranan pembuka sangat penting. Lancar
tidaknya komunikasi banyak ditentukan oleh pembuka. Demikian pula dalam
berpidato. Pembuka pidato yang jelek dapat menimbulkan kesan permusuhan
yang menghambat kelancaran komunikasi. Sebaliknya, pembuka yang
menyenangkan inilah yang mendukung kelancaran berpidato sehingga tujuan
pidato mudah dicapai.
Terdapat beberapa kiat membuka pidato, diantaranya denganmenyampaikan hal-hal berikut.
Mengucapkan rasa syukur
Menceritakan pengalaman
Menebar humor
Memperkenalkan diri
Menyampaikan gambaran umum
Menyebutkan fakta pendengar
Menyebutkan contoh nyata
Menyampaikan kutipan
Melibatkan peserta
Menunjukan benda peraga
b. Cara menguraikan isi pidato
Pembicara dapat menyampaikan isi pidatonya dengan memerhatikan hal-hal berikut.
Tujuan pidato, apakah tujuannya untuk memberitahukan, menghibur, atau mengajak.
Suasana dan situasi pidato, resmi atau tidak resmi.
Pendekatan yang digunakan, apakah menggunakan pendekatan intelektual, moral, atau emosional.
Jika menggunakan pendekatan intelektual, pembicara harus
mengutamakan penalaran. Berbagai alasan, bukti, dan contoh sangat
diperlukan dalam menguraikan isi pidato. Jika menggunakan pendekatan
moral, pembicara lebihmengutamakan masalah moral dan keagamaan. Jika
menggunakan pendekatan emosional, pembicara harus lebih mengutamakan
emosi dapat menyentuh masalah semangatnya, kebutuhannya, lingkungannya,
keramahannya, atau yang lainya, mereka mudah terhanyut dan mudah
menerima isi pidato.
Berdasarkan uraian di atas, pembicara sangat bijaksana kalau
melihat, mengamati, dan menganalisis tujuan, situasi, dan pendekatan
yang akan digunakan sebelum berpidato.
C. Cara menutup pidato
Ada tiga kesalahan besar yang sering dilakukan pembicara dalam menutup pidato. Pertama, pembicara tidak tahu persis di mana harus berhenti. Kedua, ada
pembicara yang sebenarnya ingin mengakhiri pidatonya, tetapi sulit
berhenti deperti kendaraan tanpa rem. Ia berbicara apa saja,
berputarputar tak menentu. Ketiga, kesalahan yang paling besar
seakan tak bermanfaat, pembicara menutup pidato dengan mengucapkan
kalimat seperti berikut: Demikianlah yang bisa saya katakan pada
kesempatan ini. Karena apa yang akan saya katakan sudah saya katakan
semuanya, maka saya tidak akan memperpanjang lagi pidato saya. Karena
itu saya akhiri sekian. Penutupan pidato seperti itu tidak bermakna
apa-apa.
Cara-cara menutup pidato berikut ini dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan atau situai dan kondisi.
Menyingkat atau menyimpulkan.
Memuji pendengar.
Menyampaikan kalimat-kalimat lucu.
Meminta pendengar untuk bertindak.
Menyampaikan ungkapan terkenal.
Melantunkan pantun.
Pilihlah cara manakah yang akandigunakan untuk membuka, menyampaikan, dan menutup pidato.
3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar