1.
Pengertian
Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses dalam mana seseorang atau
beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
2.
Unsur-Unsur
Komunikasi
Komunikasi
antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan
kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau
didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek . unsur-unsur ini
bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
·
Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan
melinatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim ineormasi. Dalam komunikasi
antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam
bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut
pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau
encoder.
·
Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses
komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan
dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya
bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.
Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage, content
atau informasi (Hafied Cangara, 2008;22-24).
·
Media, Media adalah alat sarana yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada
beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media
yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia seperti mata
dan teliga. Pesan-pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran
manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum
dinyatakan dalam tindakan. Akan tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini,
ialah media yang digolongan atas empat macam, yakni: Media antarpribadi, untuk
hubungan perorang (antarpribadi) media yang tepat digunakan ialah kurir
/utusan, surat, dan telpon. Media kelompok, Dalam aktivitasa komunikasi yang
melibatkan khlayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak
digunakan adalah media kelompok, misalnya, rapat, seminar, dan konperensi.
Rapat biasanya digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh
suatu organisasi. Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri
150 orang. Konferensi adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus
dari organisasi tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya
dalam status peninjau. Media publik, kalau khalayak lebih dari 200-an orang,
maka media komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik. Misalnya
rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya. Media massa, jika khalayak tersebar
tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa.
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber
kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis
seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied Cangara, 2008;123-126).
·
Penerima, Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu
orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok, partai atau negara. Penerima
biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran,
komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Dalam
proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena
adanya sumber. Tidak adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah
elemen penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari
komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan
berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber,
pesan, atau saluran.
·
Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek
adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh
penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biisa terjadi pada
pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa
juga diartikan perubahan atau pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang
sebagai akibat penerimaan pesan (Hafied Cangara, 2008;22-27).
3.
Menyalurkan
Ide Melalui Komunikasi
Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena dengan
adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling
bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau
menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar
pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara
lebih terperinci.
Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus
ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima berita (receiver).
Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada
penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan diambil, dan
yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta
visi, misi suatu organisasi.
Akan tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus
melalui tahapan-tahapan yang kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun
tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
·
Ide (gagasan) => Si Sender
·
Perumusan
Dalam perumusan, disini ide si sender
disampaikan dalam kata-kata.
·
Penyaluran (Transmitting)
Penyaluran ini adalah bisa lisan,
tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
·
Tindakan
Dalam tindakan ini sebagai contoh
misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
·
Pengertian
Dalam pengertian ini disini kata-kata si
sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
·
Penerimaan
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita
(penangkap berita).
Dalam membina kerja sama dalam kelompok inilah yang
nantinya digunakan dalam rangka membina koordinasi organisasi kesatuan gerak
dan arah yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi.
Agar tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi
itu sangat penting dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif
mungkin sehingga koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan
setepat-tepatnya juga.
Suatu keputusan adalah rasional secara sengaja bila
penyesuaian-penyesuaian sarana terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh
individu atau organisasi, dan suatu keputusan adalah rasional secara
organisasional bila keputusan diarahkan ke tujuan-tujuan individual.
Pengambilan keputusan juga sangat memerlukan komunikasi
yang setepat-tepatnya, karena dalam akhir dari pengambilan keputusan tersebut
hendaknya juga merupakan pencerminan dari adanya koordinasi dan kerjasama yang
tercipta dalam lingkungan perusahaan atau lingkungan organisasi.
4.
Hambatan-Hambatan
Komunikasi
Tidak mudah
untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi
menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang
sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Ada
beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian
bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.
Ketika anda sedang bercakap-cakap dengan orang lain di
beranda rumah anda tiba-tiba lewat kendaraan motor dengan suara knalpot yang
bising, seketika pula anda menghentikan pembicaraan karena merasa terganggu. Hal
ini dalam dunia komunikasi disebut noise (gangguan komunikasi). Proses
komunikasi tidak akan berjalan lancar jika terjadi gangguan dalam komunikasi.
Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan
menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal, yaitu:
·
Hambatan internal, adalah hambatan yang
berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis.
Contohnya, jika seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami
hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi)
tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
·
Hambatan eksternal, adalah hambatan yang
berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan
sosial budaya. Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar belakang
sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA dalam bukunya
Ilmu, Teori, dan Filasafat Komunikasi. Ada 4 jenis hambatan komunikasi, yaitu:
·
Gangguan
Ada 2 jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi
yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan
semantic.
a.
Gangguan mekanik
Gangguan
yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
b.
Gangguan semantic
Gangguan
jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi
rusak. Gangguan semantic tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa.
Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang
terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantic dalam pesannya.
Gangguan ini terjadi dalam salah pengertian.
·
Kepentingan
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi atau menghayati suatu pesan.
·
Motivasi terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu
yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin
sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi
itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya,
komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya.
·
Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau
hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai
prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak
melancarkan komunikasi.
Menurut Dr. Erliana Hasan, Msi dalam bukunya Komunikasi
Pemerintahan, ada beberapa faktor yang memengaruhi tercapainya komunikasi yang efektif:
·
Perbedaan latar belakang
Setiap
orang ingin diperlakukan sebagai pribadi, dan memang setiap orang berbeda,
berkaitan dengan perbedaan itu merupakan tanggung jawab komunikator untuk
mengenal perbedaan tersebut dan menyesuaikan isi pesan yang hendak disampaikan
dengan kondisi penerima pesan secara tepat, dan memilih media serta saluran
komunikasi yang sesuai agar respon yang diharapkan dapat dicapai. Makin besar
persamaan orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan makin besar kemungkinan tercapainya
komunikasi yang efektif.
Perbedaan
yang mungkin dapat menimbulkan kesalahan dalam berkomunikasi antara lain:
a. Perbedaan
persepsi
b. Perbedaan
pengalaman dan latar belakang
c. Sikap
praduga/stereotip
·
Faktor bahasa
Bahasa
yang digunakan seseorang verbal maupun nonverbal (bahasa tubuh) ikut
berpengaruh dalam proses komunikasi antara lain:
a. Perbedaan
arti kata
b. Penggunaan
istilah atau bahasa tertentu
c. Komunikasi
nonverbal
·
Sikap pada waktu berkomunikasi.
Hal ini ikut berperan, bahkan sering menjadi faktor utama,
sikap-sikap seseorang yang dapat menghambat komunikasi tersebut antara lain:
a. Mendengar
hanya apa yang ingin kita dengar
b. Mengadakan
penilaian terhadap pembaca
c. Sibuk
mempersiapkan jawaban
d. Bukan
pendengar yang baik
e. Pengaruh
faktor emosi
f. Kurang
percaya diri
g. Gaya/cara
bicara dan nada suara
·
Faktor lingkungan
Lingkungan
dan kondisi tempat kitaberkomunikasi juga ikut menentukan proses maupun hasil
komunikasi tersebut, hal-hal yang berpengaruh antara lain:
a. Factor
tempat
b. Factor
situasi/ waktu
Menurut Wahyu Ilaihi, MA dalam bukunya Komunikasi Dakwah.
Faktor penghambat komunikasi, yaitu:
·
Hambatan sosio-antro-psikologis
Konteks
komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Komunikator harus
memperhatikan situasi ketika komunikasi berlangsung, sebab situasi mata
berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi terutama situasi yang berhubungan
dengan factor-faktor sosiologis-antropologis-psikologis.
·
Hambatan sosiologis
Dalam
kehidupan masyarakat terjadi dua jenis pergaulan yaitu gemeinschaft dan
gesellschaft. Perbedaan jenis pergaulan tersebutlah yang menjadikan perbedaan
karakter sehingga kadang-kadang menimbulkan perlakuan yang berbeda dalam
berkomunikasi.
·
Hambatan antropologis
Hambatan ini terjadi karena perbedaan pada diri
manusia seperti dalam postur, warna kulit, dan kebudayaan.
·
Hambatan psikologis
Umumnya disebabkan komunikator dalam melancarkan
komunikasi tidak mengkaji dulu diri dari komunikan.
·
Hambatan semantic
Hambatan ini menyangkut bahasa yang digunakan
komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya pada
komunikan.
·
Hambatan mekanik
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang
dipergunakan dalam melancarkan komunikasi.
Upaya Dalam Mengatasi
Hambatan komunikasi
Ada beberapa cara untuk
mengatasi hambatan komunikasi, antara lain:
·
Gunakan umpan balik (feedback).
Setiap orang yang berbicara memperhatikan
umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non
verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar.
·
Pahami perbedaan individu atau
kompleksitas individu dengan baik.
Setiap individu merupakan pribadi yang
khas yang berbeda baik dari latar belakang psikologis, sosial, ekonomi, budaya
dan pendidikan. Dengan memahami, seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat
dalam berkomunikasi.
·
Gunakan komunikasi langsung (face to
face).
Komunikasi langsung dapat mengatasi
hambatan komunikasi karena sifatnya lebih persuasif. Komunikator dapat
memadukan bahasa verbal dan bahasa non verbal.
Disamping kata-kata yang selektif dapat pula digunakan kontak mata, mimik
wajah, bahasa tubuh lainnya dan juga meta-language (isyarat diluar bahasa) yang
membuat komunikasi lebih berdaya guna.
·
Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah.
Kosa kata yang digunakan hendaknya dapat dimengerti
dan dipahami jangan menggunakan istilah-istilah yang sukar dimengerti
pendengar. Gunakan pola kalimat sederhana (kanonik) karena kalimat yang
mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.
5.
Klasifikasi
Komunikasi Dalam Organisasi
·
Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi
lisan
Komunikasi
lisan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau
peralatan yang membatasi mereka.lisan ini terjadi pada saat dua orang atau lebih
saling berbicara/ berdialog, pada saat wawancara, rapat, berpidato.
Komunikasi
lisan yang tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara
alat seperti telepon, handphone, VoIP, dan lain sebagainya karena adanya jarak
dengan si pembicara dengan lawan bicara.
b. Komunikasi
tulisan
Komunikasi
tulisan adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa
adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat,
jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima.Komunikasi tulisan dapat berupa
surat-menyurat, sms, surat elektronik, dan lain sebagainya.
komunikasi
tulisan juga dapat melalui naskah-naskah yang menyampaikan informasi untuk
masyarakat umum dengan isi naskah yang kompleks dan lengkap seperti surat
kabar, majalah, buku-buku dan foto pun dapat menyampaikan suatu komunikasi
secara lisan namun tanpa kata-kata. Begitu pula dengan spanduk, iklan, dan lain
sebagainya.
c. Komunikasi
verbal
Komunikasi
verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal
bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan
yang ada untuk setiap bahasa yaitu
fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis.
d. Komunikasi
nonverbal
Komunikasi
nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan
kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa
tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian,
potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi,
penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.Para ahli di bidang
komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan
kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan
komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap
sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan
gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal
juga berbeda dengan komunikasi bawah
sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.
·
Dari segi arahnya :
a. Komunikasi
ke bawah.
Mengalir dari orang pada hierarki yang
lebih tinggi ke jenjangyang lebih rendah. Misalnya dalam bentuk instruksi, memoresmi, prosedur, pedoman
kerja, pengumuman, dan sebagainya.
b. Komunikasi
ke atas
Porsi ini sebenarnya dituntut untuk
seimbang dengan komunikasike baawah. Berbeda dengan komunikasi ke bawah, komunikasike atas mengalir dari orang
pada hierarki yan lebih rendah kejenjang yang lebih tinggi. Misalnya, dalam bentuk kotak sara,pertemuan
kelompok, pengaduan, dan sebagainya.
c. Komunikasi
horizontal
Merupakan pertimbangan utama dalam
desain organisasi,namun organisasi yang efektif memerlukan juga komunikasihorizontal yang sangat perlu bagi
koordinasi dan integrasi dariberaneka ragam fungsi keorganisasian. Misalnya, komunikasiantar produksi dan
pemsaran dalam organisasi bisnis, dsb.
d. Komunikasi
diagonal
Merupakan jalur komunikasi yang paling jarang
digunakan,komunikasi diagonal penting dalam situasi ketika para anggiotatidak
dapat berkomunikasi secara efektif melalui jalur ini.
·
Menurut Lawannya :
a. Komunikasi
Satu Lawan Satu : berbicara dengan lawan bicaras yang sama banyaknya.
Contoh:berbicara melalui telepon
b. Komunikasi
Satu Lawan Banyak (kelompok) : berbicara antara satu orang dengan suatu
kelompok.
Contoh: introgasi maling dengan kelompok
hansip.
c. Kelompok
Lawan Kelompok : berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
Contoh: debat partai politik.
6.
Faktor
– Faktor Perubahan Organisasi.
Secara garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
·
Faktor ekstern,
·
Faktor intern.
·
Faktor Ekstern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari
luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap
perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu
organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari
lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan
menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk
faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan
pemerintah.
Perkembangan dan kemajuan teknologi juga
merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan. Penggantian perlengkapan
lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern menyebabkan perubahan dalam
berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas dan kuantitas tenaga kerja,
jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan, system penggajian yang
diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang ada dikurangi atau
hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.
Perkembangan IPTEK terus berlanjut sehingga
setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi baru yang secara langsung atau
tidak memaksa organisasi untuk melakukan perubahan. Organisasi yang tidak
tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan teknologi tersebut akan
tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup survive.
·
Faktor Intern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari
dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber
antara lain:
a. Problem
hubungan antar anggota,
b. Problem
dalam proses kerja sama,
c. Problem
keuangan.
Hubungan antar anggota yang kurang harmonis
merupakan salah satu problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu:
problem yang menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat
vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang
kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan
bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan
dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan system pengupahan,
misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan
tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb. Hal ini akan
menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan organisasi, misalnya
anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga sering menimbulkan
problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena terjadi salah
informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti ini perubahan
yang dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang digunakan.
Problem yang sering timbul berkaitan dengan
hubungan sesame anggota organisasi pada umumnya menyangkut masalah komunikasi
dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses kerja sama yang berlangsung dalam
organisasi juga kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan.
Problem yang timbul dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan dapat pula
menyangkut perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang
terlalu birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi
tidak efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota
menjadi impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada
gilirannya produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus
dilakukan akan menyangkut struktur organisasi yang digunakan.
Perlengkapan yang digunakan dalam mengolah
input menjadi output juga dapat merupakan penyebab dilakukannya perubahan.
Tujuan penggunaan berbagai perlengkapan dan peralatan dalam proses kerjasama
ialah agar diperoleh hasil secara efisien.
7.
Proses
perubahan
Perubahan organisasi adalah suatu proses dimana
organisasi tersebut berubah dari keadaannya yang sekarang menuju keadaan di
masa depan baik ke arah yang lebih baik maupun ke arah yang lebih buruk,
tergantung dari yang diinginkan masing-masing organisasi. Perubahan organisasi
dalam tulisan ini dimaksudkan untuk perubahan ke arah yang lebih baik agar
organisasi terkait dapat berkembang dalam konteks yang positif sesuai norma
pada umumnya sehingga perubahan dan pengembangan tersebut bertujuan untuk ke
meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi dalam menggunakan sumber daya
agar meningkatkan kemampuan organisasi dalam menciptakan nilai dan hasil yang
baik.
Organisasi dapat diibaratkan seperti tubuh manusia. Tubuh
dapat berubah (bergerak) atas keinginannya sendiri, berubah (merespon) atas
dasar rangsangan/stimulus dari luar tubuh, maupun berubah (berlindung) untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Disamping itu seluruh tubuh akan
merasakan sakit ketika satu bagiannya terluka. Dengan demikian organisasi dapat
juga berubah karena adanya perubahan di satu bagian kecil di dalam organisasi
tersebut untuk menyesuaikan dan melanjutkan siklusnya.
Menurut Descaples (2005) perubahan yang terjadi dalam
organisasi sering kali membawa dampak yang tidak selalu menguntungkan. Bahkan
menurut Abrahamson (2000), perubahan itu akan menimbulkan kejadian yang
“dramatis” yang harus dihadapi oleh semua anggota organisasi. Descaples (2005)
mengutip kajian yang dilakukan Poras dan Robertson’s (1992) menyatakan bahwa
kebijakan perubahan yang dilakukan oleh organisasi hanya memberikan manfaat
positif bagi organisasi sebesar 38%. Meskipun perubahan organisasi tidak
langsung memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan organisasi, namun beberapa
praktisi tetap meyakini tentang pentingnya suatu organisasi untuk melakukan
perubahan.
Faktor Penyebab
Perubahan dan Pengembangan Organisasi
Alasan organisasi untuk terus melakukan perubahan dan
pengembangan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan sumbernya (Gunadarma,
n.d.), yaitu internal dan eksternal, walaupun faktor tersebut tidak selamanya
murni dan dapat menjadi hubungan sebab akibat. Sebagai contoh adalah keputusan
pemimpin untuk mengubah kebijakan dalam organisasi (internal) tidak terlepas
dari hasil penelitiannya terhadap perubahan selera konsumen (eksternal).
·
Internal, terdiri dari dan tidak
terbatas pada:
1. Perubahan
Kebijakan Pimpinan
Setiap orang memiliki nilai masing-masing
yang berbeda satu dengan yang lain berdasarkan hasil dari pembelajaran dan
pengalaman sebelumnya. Hal itu juga berpengaruh pada visi dan misi manajemen
atau pimpinan baik orang yang sama maupun terlebih lagi orang yang berbeda.
Keduanya mempunyai kesamaan bahwa kebijakan yang diambil bertujuan untuk
mencapai visi dan misi masing-masing.
Untuk perubahan kebijakan dengan subyek
(orang) yang sama, perubahan kebijakan dalam sistem kepemimpinanya merupakan
bentuk kecil dari siklus manajemen yang ada pada dirinya. Pengetahuan dan
pengalaman yang baru menjadi dasar pemikirannya untuk mengevaluasi kebijakannya
selama ini. Sedangkan untuk subyek (orang) yang berbeda, hal tersebut adalah
wajar terjadi ketika kebijakan yang ada selama ini dinilai kurang baik menurut
pengetahuan dan pengalamannya.
2. Perubahan
Tujuan Organisasi
Visi dan misi organisasi tidak dapat
dipisahkan dari buah pemikiran para pendahulu maupun pemimpinnya. Perubahan
visi dan misi pimpinan akan menjelma menjadi perubahan tujuan organisasi yang
dipimpinnya.
3. Perluasan
Wilayah Operasi Tujuan
Seperti tubuh manusia, perubahan yang
terjadi di bagian kecil organisasi dapat juga merubah bagian dan system lain
dalam organisasi sesuai dengan kebutuhannya. Dengan berubahnya luas wilayah
operasi, organisasi tersebut harus memikirkan juga perubahan alokasi sumber
daya yang dimiliki baik fisik seperti SDM dan perlatan, maupun non fisik
seperti system pelaporan dan kebijakan.
4. Volume
Kegiatan Bertambah Banyak
Bertambah
banyaknya kegiatan dalam organisasi dapat berpengaruh pada jumlah SDM dan
peralatan yang diperlukan untuk dapat mendukung tuntutan kegiatan organisasi
tersebut.
5. Sikap
& Perilaku Dari Para Anggota Organinsasi
Tiga elemen pokok yang ada dalam organisasi
adalah interaksi manusia, kegiatan yang mengarah pada tujuan, dan struktur
organisasi itu sendiri (Widyatmini, 1996). Namun ketiga elemen tersebut tidak
dapat dipisahkan dari peran manusia di dalamnya. Baik dan buruknya organisasi
akan sangat bergantung dari sikap, perilaku dan nilai-nilai yang ada pada
setiap peran anggota organisasi tersebut dalam mengolah ketiga elemen pokok di
atas.
·
Eksternal, terdiri dari dan tidak
terbatas pada:
a. Konsumen
Konsumen sangat
mempengaruhi kelangsungan organisasi baik konsumen langsung mapun konsumen
tidak langsung. Konsumen dalam pengertian yang luas tidak hanya terbatas pada
pembeli (konsumen langsung) dalam organisasi profit, namun juga konsumen tidak
langsung seperti publik dan para pemegang kepentingan baik dalam organisasi
profit maupun non-profit terkait. Konsumen yang puas karena kebutuhan dan
kepercayaannya terpenuhi akan merupakan pelanggan yang menguntungkan
organisasi. Dengan kata lain, tujuan (kelangsungan siklus hidup) organisasi
akan dicapai melalui pencapaian tujuan dan kepercayaan konsumen (Budiarto,
1993).
b. Politik, Ekonomi, dan Kekuatan Global
Ketiga faktor di atas
terus menerus mempengaruhi organisasi dan memaksa mereka untuk bagaimana dan di
mana harus menghasilkan barang dan jasa. Perserikatan ekonomi dan politik antar
negara menjadi suatu kekuatan yang penting untuk perubahan. Tidak ada suatu
organisasi yang mampu mengabaikan dampak dari ekonomi global dan kekuatan politik
terhadap aktivitasnya (Asriani, 2009). Contohnya adalah krisis ekonomoni dan
stabilitas politik tahun 1998 di Indonesia yang mengharuskan perusahaan memakan
buah simalakama dengan melakukan perubahan organisasi berupa perampingan
pegawai untuk menekan biaya pengeluaran.
c. Hukum
Hukum merupakan dasar
untuk mengatur segala tata cara kehidupan di suatu negara baik berupa hukum
tata negara maupun hukum agama sehingga hukum mempunyai peran yang besar dalam
perubahan tata organisasi terkait. Contohnya adalah munculnya UU tentang
penarapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tahun 1970 yang mewajibkan tiap
perusahan memiliki struktur panitia K3.
d. Kebudayaan
Kelangsungan
operasional organisasi selalu berada di dalam masyarakat yang memiliki budaya masing-masing
sehingga organisasi harus dapat beradaptasi dengan masing-masing budaya di
tempatnya berada. Contohnya adalah tidak adanya beef burger sapi di McDonald
India karena sapi adalah hewan yang dianggap suci di kebudayaan masyarakat
tersebut.
e. Teknologi
Teknologi diciptakan
dengan tujuan untuk mempermudah kerja manusia. Teknologi juga terus berkembang
(dinamis). Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, organisasi harus terus
beradaptasi dengan lingkungannya termasuk perkembangan (perubahan) teknologi.
Contohnya adalah bisnis online yang sedang berkembang di saat ini. Untuk dapat
mempertahankan pangsa pasar, organisasi yang bergerak di bidang penjualan
produk harus membuka diri terhadap perkembangan teknologi pemasaran.
f. Sumber Daya Alam
Input dalam proses
manajemen suka tidak suka sangat berpengaruh pada proses manajemen itu sendiri.
Perubahan sumber daya alam sebagai bagian dari input proses manajemen akan
sangat berpengaruh pada perencanaan dan perubahan organisasi ke depan. Contohnya
adalah mulainya alternatif produksi mobil dan motor tenaga listrik untuk
beradaptasi dengan isu keterbatasan sumber daya alam yang tidak terbarukan
berupa minyak bumi sebagai bahan bakarnya.
g. Demografi dan Sosial
Perubahan dalam
komposisi dari kekuatan pekerja dan terus meningkatnya keaneka ragaman
karyawan, hal ini mengenalkan pada organisasi banyaknya peluang dan tantangan.
Perubahan dalam karakteristik demografis dari kekuatan pekerja memaksa para
manajer untuk merubah gaya mereka dalam mengatur karyawan dan belajar bagaimana
cara memahami, mengawasi dan memotivasi dengan setiap anggota yang berbeda
secara efektif. Banyak perusahaan membantu para pekerja mereka untuk memahami
akan adanya perubahan teknologi yang terus berkembang dengan menyediakan
dukungan dalam mengedepankan pelatihan dan pendidikan (Asriani, 2009).
h. Kompetitif
Setiap organisasi
berusaha keras untuk mencapai keuntungan dari persaingan. Persaingan menjadi
pemicu untuk melakukan perubahan dikarenakan apabila organisasi tersebut tidak
dapat melebihi pesaingnya dalam efisiensi, kualitas atau kemampuan untuk
melakukan inovasi pada produk dan jasa, maka organisasi tersebut tidak akan
bertahan (Asriani, 2009).
i. Etika
Sama pentingnya bagi
suatu organisasi dalam mengambil tindakan untuk berubah sebagai tanggapan atas
tuntutan dalam perubahan demografis dan sosial untuk kearah perilaku perusahaan
yang lebih jujur dan bertanggung jawab. Banyak organisasi membutuhkan perubahan
untuk mengijinkan para manajer dan para pekerja di semua tingkatan untuk
melaporkan
perilaku yang tidak
pantas, sehingga suatu organisasi dapat dengan segera menyingkirkan perilaku
seperti itu dan melindungi kepentingan umum bagi para pelanggan dan anggotanya
(Asriani, 2009).
·
Target Perubahan dan Pengembangan
Objek dalam perubahan
organisasi meliputi input dalam proses manajemen yang terdiri dari manusia,
modal, uang, metode (visi, misi, sikap, perilaku, struktur organisasi, tata
hubungan kerja, dan prosedur), dan material serta proses manajemen itu sendiri.
Dalam bukunya, Widyatmini (1996) menggambarkan alur proses manajemen dalam
mengolah input menjadi output digambarkan sebagai berikut:
·
Proses Perubahan dan Pengembangan
Sebenarnya perubahan
dan pengembangan organisasi merupakan bagian dari proses manajemen dalam
melakukan fungsi pengawasan (controlling) terhadap proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan koordinasi yang telah dilakukan sebelumnya.
Pelaksanaan fungsi ini biasanya dilakukan dengan membandingkan kinerja dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya (Widyatmini, 1996).Perubahan dan
pengembangan terhadap organisasi itu sendiri dapat dilihat dari adanya
ciri-ciri seperti: merupakan usaha yang dilakukan secara terencana,
mencerminkan suatu proses yang berlangsung terus-menerus, berorientasi pada masalah
organisasi yang harus dipecahkan, merupakan usaha ke arah penyempurnaan
organisasi, dan merupakan tanggapan terhadap berbagai perubahan yang terjadi di
luar organisasi (Gunadarma, n.d.).
Dalam artkel Gunadarma
tentang Teori Organisasi Umum-Perubahan dan Pengembangan Organisasi, perubahan
meliputi 5 (lima) proses yaitu:
·
Mengadakan Pengkajian
Pengkajian dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai perangkat analisa, namun intinya adalah
membandingkan kesesuaian kinerja dengan standar yang telah ditetapkan.
·
Mengadakan Identifikasi
Identifikasi/pemilahan
dilakukan terhadap berbagai aspek organisasi yang sesuai maupun tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
·
Menetapkan Perubahan
Data hasil identifikasi
kesesuaian terhadap standar organisasi menjadi dasar untuk merubah objek atau
target perubahan baik input ataupun proses manajemen itu sendiri.
·
Menentukan Strategi
Dalam artikel Gunadarma
tentang Teori Organisasi Umum-Perubahan dan Pengembangan Organisasi,
strategi/metode perubahan dapat dilakukan dengan cara mengembangkan organisasi
(membentuk jaringan manajerial, melatih kepekaan organisasi terhadap perubahan,
membentuk tim sebagai agen perubahan, atau dengan melakukan survey kepuasan
pelanggan sebagai umpan balik kinerja) atau dengan mengembangkan keterampilan
dan sikap melalui serankaian pelatihan dan simulasi.
·
Melakukan Evaluasi
Tahap akhir dari siklus
perubahan dan pengembangan organisasi yang dilakukan secara terus menerus sebagai kontrol manajemen dalam
proses adaptasi berkesinambungan terhadap perubahan lingkungan organisasi.
6.
Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan itu
termasuk kedalam suatu kerja sama didasarkan kepada kemampuan orang tersebut,
dan kepemimpinan itu juga di ratikan oleh para pendapat ilmuwan diantaranya :
Menurut Tead; Terry;
Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan
orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam
Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas
kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat
sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian
khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002)
memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu
arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang
membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance
induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau
pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk
kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan
atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang
diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
7.
Tipe-
Tipe Kepemimpinan
Ada enam tipe
kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.
1) Tipe pemimpin
Otokratis
Yaitu seorang pemimpin
yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
• Menganggap organisasi
sebagai milik pribadi
• Mengidentikan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi
• Menganggap bawahan
sebagai alat semata- mata
• Tidak mau menerima
kritik, saran, dan pendapat
• Terlalu bergantung
kepada kekuasaan formalnya
• Dalam tindakan
penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan
dan punitif (bersifat menghukum)
2) Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin
yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan
sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung
pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada
formalitas yang berlebih- lebihan
• Menuntut disiplin
yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Sukar menerima
kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara-
upacara untuk berbagai acara dan keadaan
3) Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin
yang:
• Menganggap bawahannya
sebagai manusia yang tidak dewasa
• Bersikap terlalu
melindungi
• Jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha
tahu
4) Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar
belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki
kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya
tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang
jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab
seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin
yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5) Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang
bersifat:
• Dalam memimpin
organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para
anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati
nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap
tercapai.
• Organisasi akan
berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari
orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan
organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh
masing- masing anggota.
• Seorang pemimpin yang
tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
• Seorang pemimpin yang
memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
6) Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang
bersifat:
• Dalam proses
penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah
makhluk termulia di dunia
• Selalu berusaha
mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan
tujuan pribadi dari para bawahannya
• Senang menerima
saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
• Selalu berusaha untuk
menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
• Selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
• Berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
• Para bawahannya
dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya
dalam proses pengambilan keputusan.
8.
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari
dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat,
perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran
tersebut timbul anggapan bahwa untuk
menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan
pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang
dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal
yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
- pengetahuan umum yang
luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme,
fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
– sifat inkuisitif,
rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan,
ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang
baik, kapasitas integratif;
– kemampuan untuk
bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang
urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara
efektif.
Walaupun teori sifat
memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak
selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita
renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai
rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh
kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori
ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan
pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin
mempunyai deskripsi perilaku:
a. konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang
pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung,
membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b. berorientasi kepada bawahan dan produksi
perilaku pemimpin yang
berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain,
perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua
yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model
grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi
yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku
pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya
kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang
pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan
perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan
situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan
ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan
kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat
teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan
gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut
kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar
organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat
dalam organisasi.
Efektivitas
kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang
dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah
model-model kepemimpinan berikut:
a. Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi
kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan
keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri
kepemimpinan yang menonjol ketegasan
disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya
demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan
yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada
kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model ” Interaksi Atasan-Bawahan” :
Menurut model ini,
efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi
antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi
perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
* Hubungan atasan dan
bawahan dikategorikan baik;
* Tugas yang harus
dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan
pemimpin tergolong kuat.
c. Model Situasional
Model ini menekankan
bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya
kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat
kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini
adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan
hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang
dapat digunakan adalah
* Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan
berperan serta;
* Melakukan
pendelegasian.
d. Model ” Jalan- Tujuan “
Seorang pemimpin yang
efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang
dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut
yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin
kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan
hal tersebut harus merupakan faktor
motivasional bagi bawahannya.
e. Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian utama model
ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan.
Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus
diselesaikan oleh bawahannya.
Salah satu syarat
penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus
ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan
dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut
“didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan
melalui proses pengambilan keputusan.