KEPEMIMPINAN
Dahulu orang-orang menganggap
kepemimpinan tidak dapat dipelajari. Mereka menganggap bahwa kepemimpinan
adalah suatu bakat khusus yang dimiliki seseorang sejak lahir. Pemimpin
menjalankan kepemimpinannya tanpa teori, pelatihan atau pendidikan sebelumnya.
Seiring perkembangan zaman,
kepemimpinan itu berkembang secara ilmiah, bersamaan dengan pertumbuhan
manajemen ilmiah, dan di kemudian hari berkembang menjadi suatu ilmu
kepemimpinan.
Apa kepemimpinan itu? Apa saja
tipologi kepemimpinan? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepemimpinan?
Dan bagaimana implikasi manajerial sebuah kepemimpianan dalam suatu organisasi?
PENGERTIAN DAN ARTI PENTING KEPEMIMPINAN
Ada beberapa defini kepemimpinan
yang dikemukakan oleh berbagai sumber, diantaranya:
-
Kepemimpinan adalah suatu proses dengan
berbagai cara untuk memengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai
tujuan bersama.
-
Kepemimpinan adalah kemampuan dan seni
memperoleh hasil melalui kegiatan dengan memengaruhi orang lain dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
-
Kepemimpinan merupakan kemampuan
memengaruhi orang lain dalam hal ini para bawahan sehingga mau dan mampu
melakukan kegiatan tertentu meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak
disenanginya.
Dari uraian diatas terlihat dengan
jelas bahwa kemampuan kepemimpinan seseorang tidak diukur dengan menggunakan
kriteria kemampuan operasional karena kriteria tersebut diterapkan kepada
mereka yang bertugas sebagai pelaksana, melainkan dengan menggunakan tolak ukur
kemampuan dan keterampilan memegaruhi orang lain agar mereka bertindak,
berperilaku, dan berkarya sedemikian rupa sehingga mau dan mampu memberikan
kontribusi yang optimal, demi tercapainya tujuan dan berbagai saran yang telah
ditentukan atau ditetapkan sebelumnya.
TIPOLOGI KEPEMIMPINAN
Ada beberapa versi tipe kepemimpinan
yang dimuat oleh sumber buku, di sini akan dijelaskan tipe kepemimpinana yang
dikemukakan dalam buku Pemimpin dan Kepemimpinan (Kartini kartono: 1998).
1. Tipe
Kharismatis
Memiliki kekuatan
energi , daya-tarik, dan perbawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,
sehingga mempunyai pengikut dan pengawal yang sangat besar jumlahnya dan bisa
dipercaya.
2. Tipe
Paternalistis dan Maternalistis
Tipe kepemimpinan yang
kebapakan(ke-orangtua-an). Sedangkan tipe maternalistis mirip dengan tipe
paternalistis. Bedanya, adanya sikap over-protective atau terlalu melindungi
yang lebih menonjol, disertai kasih-sayang yang berlebih-lebihan.
3. Tipe
Militeristis
Tipe ini sifatnya sok
kemiliter-militeran. Hanya gaya luarannya saja yang mencontoh gaya militer,
tapi lebih mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
4. Tipe
Otokratis/Otoritatif (authorilatif, dominator)
Tipe ini mendasarkan
diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi.
5. Tipe
Laisser Faire
Pada tipe ini, sang
pemimpin secara praktis tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya agar setiap
orang berbuat semau sendiri.
6. Tipe
Populistis
Kepemiminan yang dapat
membangun solidaritas rakyat yang menekankan masalah kesatuan nasional,
nasionalisme, dan sikap yang berhati-hati tehadap kolonialisme dan penindasan
serta penguasaan oleh kekuatan-kekuatan asing.
7. Tipe
Adimistratif
Kepemimpinan yang dapat
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
8. Tipe
Demokratis
Berorientasi pada
manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi gaya kepemimpinan dikemukakan oleh
Schmidt (dalam Stoner, 1973) ada 3 yaitu:
1. Hal-hal
yang bersumber dari pimpinan meliputi latar belakang pengetahuan dan
pengalaman.
2. Hal-hal
yang bersumber dari bawahan meliputi kematangan, kebebasan bertindak, kemandirian,
dan keinginan memperoleh wewenang dan tanggungjawab.
3. Hal-hal
yang bersumber dari situasi lingkungan meliputi gaya yang lebih disukai
kelompok kerja, sifat dari tugas,dan tekanan waktu.
Adapun kaitan antara gaya kepemimpinan yang berorientasi
tugas dan hubungan yang beroreintasi hubungan seperti yang dinyatakan oleh
Matutina (1997) sebagai berikut:
1. Pemimpin
yang lebih mementingkan tugas secara maksimal, akan tercipta penyelesaian tugas
secara baik, namun di lain fihak, pemimpin tersebut kurang memperhatikan
hubungan kerjasama dengan bawahannya.
2. Pemimpin
yang lebih mengutamakan hubungan kerjasama, pada umumnya akan tercipta suasana
atau iklim kerja yang menguntungkan. Dengan demikian dapat meningkatkan
semangat kerja, pengabdian terhadap pekerjaan dan organisasi. Nemun apabila
hanya memfokuskan diri terhadap hubungan kerja, akan mengakibatkan berkurangnya
perhatian terhadap penyelesaian tugas dan pencapaian hasil.
IMPLIKASI
MANAJERIAL KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI
Keberhasilan
suatu organisasi, pada hakekatnya tergantung pada banyak faktor. Namun
demikian, kunci utamanya terletak pada hubungan antara manajemen, khususnya gaya
kepemimpinan. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh seorang pemimpin,
akan memudahkan menggerakkan bawahannya, baik berupa sikap, perilaku, maupun
teknik-teknik tertentu yang ditampilkannya. Seperti yang dinyatakan oleh
Siagian (1984) bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada
efektivitas kepemimpinan dan perilaku yang mendorong timbulnya dan
terpeliharanya semangat kebersamaan. Sebaliknya, jika hanya gaya kepemimpinan lebih
menitikberatkan pada tugas saja, maka rasa kemanusiaan akan terusik sehingga
semangat kerja tidak akan optimal. Dalam jangka panjang, karyawan merasakan
sebagai mesin roda organisasi dan bukan dipandang sebagai manusia yang
mempunyai sifat kemanusiawiannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Asnawi, Sahlan. 1999. SEMANGAT KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN. Jurnal
Psikologi Universitas Persada Indonesia. No. 2, 86 – 92.
Kartono, Kartini. 1998. PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN: Apakah Pemimpin
Abnormal itu?. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Malahayati. 2010. I’M THE BOSS. Yogyakarta: Jogja Bangkit.
Uha, Ismail Nawawi. 2013. BUDAYA ORGANISASI KEPEMIMPINAN DAN KINERJA. Jakarta: Kencana.